Pusat Pew memperkirakan jumlah orang miskin dengan pendapatan US$ 2 (dengan kurs Rp. 14.000 per dollar AS) atau kurang setiap hari, telah meningkat hingga 75 juta karena resesi yang dibawa oleh virus.
Padahal sebelum pandemi, hampir 57 juta orang telah naik kelas dan bergabung dengan kelompok berpenghasilan menengah antara 2011 dan 2019.
Pada Januari 2020 lalu, Bank Dunia memperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang hampir sama untuk India dan China, masing-masing pada 5,8 persen dan 5,9 persen di akhir tahun.
Namun setahun setelah pandemi, Bank Dunia merevisi ramalannya, menjadi kontraksi 9,6 persen untuk India dan pertumbuhan 2 persen untuk China.
Meski sempat mengalami penurunan kasus awal tahun ini, India kembali menghadapi pandemi gelombang kedua di beberapa kawasan industrinya.
Hingga kini India menempati peringkat tiga dengan kasus COVID-19 tertinggi setelah AS dan Brasil dengan 11,5 juta kasus yang tercatat secara resmi.
Perdana Menteri India, Narendra Modi memproyeksikan kontraksi sebesar 8 persen pada tahun keuangan ini, yang berakhir bulan Maret nanti, sebelum nantinya digantikan pertumbuhan ekonomi sekitar 10 persen pada tahun keuangan berikutnya.
Kenaikan harga bahan bakar domestik tahun ini yang mencapai hampir 10 persen, hilangnya pekerjaan dan pemotongan gaji telah merugikan jutaan orang, memaksa banyak orang untuk mencari pekerjaan di luar negeri.