Kematian remaja berusia 15 tahun itu memicu kemarahan luas dari warga Zimbabwe dan komunitas internasional, dan organisasi hak-hak anak perempuan menyerukan tindakan cepat untuk melindungi gadis remaja dari predator seksual.
Mahkamah Konstitusi Zimbabwe melarang pernikahan dengan orang di bawah usia 18 tahun, tetapi PBB mengatakan satu dari tiga anak perempuan kemungkinan akan menikah sebelum usia tersebut.
Menurut Amnesty International, seperlima kematian ibu di Zimbabwe terjadi pada anak perempuan berusia 15-19 tahun.
Sementara itu, kampanye online #justiceformory sedang tren di Twitter di Zimbabwe, dan petisi untuk menghentikan pernikahan anak telah menerima lebih dari 92.000 tanda tangan sejauh ini.
Nyaradzayi Gumbonzvanda, Duta Besar Uni Afrika menekankan untuk mengakhiri pernikahan anak.
“Saya berang dan marah karena pemerkosaan dan pernikahan anak seharusnya tidak memiliki tempat dalam masyarakat modern kita,” kata Gumbonzvanda.
Gumbonzvanda menyerukan tindakan cepat oleh pihak berwenang dan sangat menyesalkan bahwa peristiwa seperti ini masih saja terjadi.
“Kami memiliki semua hukum dan pengetahuan untuk mencegahnya. Sangat menyakitkan, sebagai sebuah negara, kami membiarkan praktik ini membusuk di luar kendali,” ungkapnya.***