Mencicipi Nikmatnya Lotek Bu Jami’ Brug Menceng, Usaha Turun-temurun Sejak tahun 1965

- 14 Maret 2021, 23:19 WIB
Warung Lotek dan Rujak Bu Jami' di Brugmenceng Betengsari Wonosobo
Warung Lotek dan Rujak Bu Jami' di Brugmenceng Betengsari Wonosobo /dok. Kabar Wonosobo

KABAR WONOSOBO – Meskipun Lotek bukanlah makanan khas Wonosobo seperti Tempe Kemul maupun Mie Ongklok, namun citarasanya sangat erat dengan menu sehari-hari warga sejak puluhan tahun lalu.

Salah satu penjual Lotek legendaris dan menjadi ikon kuliner di kawasan kota Wonosobo adalah Lotek Bu Jami’. Meskipun kini penjualnya bukan lagi bu Jami yang sudah memulai usaha sejak tahun 1965, namun rasa aslinya tetap dijaga.

Sebelum masa pandemic Covid-19, setiap hari warung di pojokan jalan yang tak jauh dari perpustakaan Daerah Wonosobo itu bisa menjual 200 porsi lotek dan rujak.

Baca Juga: Cara Mudah Bedakan Gado-gado, Lotek, Ketoprak, Kupat Tahu, dan Pecel, dari Sayur sampai Sambal Kacangnya Beda

Sejak beberapa tahun lalu, usaha lotek turun-temurun itu dijalankan salah satu putri bu Jami, Eni bersama putrinya dan beberapa karyawan lain.

Warung lotek berwarna biru-hijau itu berada di pojok perempatan kampung Betengsari kelurahan Wonosobo Timur, kecamatan Wonosobo, tepat di pertigaan Jalan Serayu No 1.

Kawasan pertigaan itu juga terkenal dengan kawasan Brug Menceng. Nama Brug Menceng sendiri berasal dari bahasa belanda Brug yang artinya jembatan dan memang terkesan tidak lurus alias menceng.

Baca Juga: Gara-gara Jajanan , Kota Besar Di Indonesia Ini Masuk Daftar Kota Dengan Makanan Tradisional Terbaik Sedunia

Selain Lotek, menu yang juga legendaris adalah rujak buah, es buah, dan aneka gorengan khas termasuk tempe kemul.

Para pelanggan warung itu mulai dari anak sekolah, pegawai kantor, pekerja harian pasar hingga para pedagang. Bagi mereka, lotek bu Jami’ menjadi penawar rindu para pendatang yang kesulitan mencari warung lotek di Wonosobo.

Maklum, di Wonosobo sajian lain seperti kupat tahu atau bahkan bakso lebih familiar di lidah warga.

Baca Juga: Tak Hanya Se’i, Tiga Kuliner Khas dari Pulau Komodo ini Punya Taste Internasional

“Saya sudah jadi pelanggan di sini sejak bu Jami’ masih berjualan, sekitar tahun 1980-an. Sampai sekarang, rasanya tidak berubah meskipun yang melayani putrinya atau cucunya,” tutur salah satu pelanggan Espi yang tak pernah absen seminggu sekali memesan lotek atau rujak.

Karena pembuatan lotek dan rujak yang dibuat dari bahan segar termasuk sambalnya diuleg langsung, maka setiap hari para pelanggan harus rela mengantri untuk mendapatkan seporsi lotek. Mereka biasanya datang saat istirahat makan siang.

“Kebanyakan pelanggan kami pegawai dan karyawan di sekitar, banyak juga yang pelanggan lama dan kadang ada yang sengaja mampir karena kangen lotek meskipun sudah pindah dari Wonosobo,” kata Eni.

Baca Juga: Inilah 3 Kedai Es Legend yang Wajib Coba di Wonosobo, Harga per Porsinya Kurang dari 10K Semua

Ketika pelanggan cukup ramai, daftar antrean bisa mencapai 20 bungkus lebih. Namun sejak pandemi memang ada perbedaan. Padahal ketika hari biasanya dan momen hari libur, pesanan bisa mencapai 300 porsi.

Berbagai bahan sayuran segar dari bumi pertanian Wonosobo seperti kubis, kenci atau selada air, daun potroseli, kecambah, dan ketupat serta aneka buah yang disatukan menjadi lotek maupun rujak selalu dijaga kesegarannya.

Itulah salah satu rahasia yang diajarkan bu Jami’ kepada para penerusnya. Bahwa kesegaran bahan-bahan seperti sayur dan buah mutlak menjadi hal baku untuk citarasa sempurna. Sementara itu rahasia lain terletak pada olahan sambal kacang yang harus diolah sendiri dan tidak boleh diuleg orang lain.

Baca Juga: Job Presenter Berkurang, Aris dan Istrinya Kembangkan Jamu Kebahagiaan dan 8 Varian Lain Untuk Millenial

Sebuah kursi sekaligus disebut singgasana oleh para karyawannya menjadi saksi bisu dedikasi Bu Jami pada profesinya. Di singgasana itulah mereka diizinkan menguleg sambal untuk lotek dan rujak.

Bagi para wisatawan yang sudah sampai di Alun-alun kota, maka lokasi lotek Bu Jami’ bisa dijangkau dengan berjalan kaki mengikuti arah Masjid Jami’ dan menuju Brug Menceng. Warung tua itu tepat berada di satu-satunya toko buku di jalan itu.***

Editor: Erwin Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah