Wonosobo Ditarget Punya 100 Hektare Lahan Kedelai Untuk Penuhi Kebutuhan Produksi Tempe

26 Oktober 2023, 20:47 WIB
Bimtek peningkatan produktifitas komoditas tanaman pangan melalui penggunaan benih unggul dan bersertifikat untuk Kedelai Lokal Wonosobo /Kabar Wonosobo

KABAR WONOSOBO - Para perwakilan kelompok petani dari beberapa kecamatan di Wonosobo mengikuti Bimbingan teknis peningkatan produktifitas komoditas tanaman pangan melalui penggunaan benih unggul dan bersertifikat serta ramah lingkungan pada Kamis 26 Oktober 2023. Dua komoditas yang jadi fokus dalam Bimtek itu adalah jenis Umbi-umbian dan Kacang-kacangan.

Agenda yang dihelat di Hotel Surya Asia itu banyak membahas tentang program untuk optimalisasi penanaman kedelai di 100 hektare lahan yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan produksi Tempe lokal.

Hal itu mengingat pasokan kedelai untuk makanan yang jadi konsumsi harian warga Wonosobo, khususnya dalam bentuk Tempe Kemul, ternyata masih berasal dari negara lain, seperti Amerika.

"Dengan adanya El Nino ini jadi tantangan bersama di pertanian. Maka fokus varietas kacang adalah kedelai. Selain pangan seperti makanan pokok, kita tentunya butuh lauk seperti tempe. Di Wonosobo ada tempe kemul dan petos yang bahan bakunya kedelai mayoritas impor. Padahal lahan pertanian kita sangat luas," tutur Anggota DPR RI Komisi IV Vita Ervina ketika membuka kegiatan.

Baca Juga: Para Pengelola Sektor Perikanan Wonosobo Dibekali Skill Kewirausahaan dan Akses Pembiayaan

Vita yang berasal dari fraksi PDIP itu menyebut bahwa dari sejarah keberadaan tempe, pasti ada kaitannya dengan kedelai sebagai komoditas lokal yang melimpah.

"Maka butuh sertivikasi benih dan dinas dorong untuk budidayakan tempe sehingga trmpe kemulnya nmtidak rasa impor. Petani harus tau jenis tempe, yang seperti apa yang ideal. Kita mulai dari 100 ha dulu di Wonosobo. Citakan kedaulatan pangan dan ketahanan pangan mulai dari bawah, dari petani dulu," katanya.

Pihaknya juga melibatkan Balaibesar pengembangan pengujian benih dan hortikultura untuk pelatihan yang diharapkan mendorong petani bisa menanam kedelai di lahannya di musim tanam mendatang.

"Kondisi kurangnya pasokan kedelai lokal harus perhatian bersama karena kita masihnbergantung pada impor. Harapannya kita dorong kembali pada petani untuk tingkatkan produktifitas komoditas kedelai yang harganya bersaing dan penuhi kebutuhan produksi tempe. Lahan100 hektar itu kita fokuskan di Wonosobo dan harapannya nanti bisa penuhi kebutuhan konsumsi lokal," tuturnya.

Baca Juga: Salak dan Nanas Asal Wonosobo Siap Ekspor Ke Kanada, Diawali PT. Menara Pangan Desa dari Kalikajar

Mewakili Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo Sidik Widagdo menyebut bahwa produktifitas dari kacang dan umbi di Wonosobo ini butuh diperhatikan lewat bimtek hingga nantinya praktik di lapangan.

"Mengingat produk turunannya banyak seperti tahu tempe juga dari kacang kedelai. Umbi-umbian tak hanya singkong ketela tapi juga bawang, kentang, hingga talas serta jenis lain sebagai pangan alternatif yang dianggap lebih sehat. Produktifitas keduanya agak menurun di wonosobo. Karena lahan yang mulai menyempit hingga kesuburannya yang mulai berkurang," tuturnya.

Bagi petani yang tertarik bididaya kedelai, dijelaskan Sidik untuk segera mengajukan usulan dan bisa diinformasikan lewat Bimtek tersebut.

Baca Juga: Peternak Sapi Wonosobo Diminta Waspadai Penyakit Bentol Kulit LSD dan Jaga Kebersihan Kandang

"Diproyeksikan hasil kedelai per Hektare sekitar tiga ton dan bisa ditanam dalam jangka waktu panen sekitar 80 hari. Sekarang ini, Wonosobo fokus ke pangan seperti padi. Sekarang varietas kedelai lokal sudah bisa penuhi untuk produksi tahu namun belum untuk tempe yang butuh varietas dengan besaran yang berbeda. Wonosobo punya wilayah bawah yang pengairannya aman di setiap musim dan potensial untuk ditanami kedelai. Dengan adanya penangkaran akan jadi solusi kebutuhan benih," terangnya.

Ditambahkan PBT Madya Balai Besar PPMBTPH, Amiyarsi Mustika Yukti bahwa untuk mendorong produktifitas dibutuhkan beberapa hal seperti pelatihan, bantuan benih dan sarana untuk budidaya.

"Sekarang ada varietas kedelai lokal yang hampir sama kualitasnya dengan yang impor seperti Grobogan. Di Wonosobo harapannya minimal dapat 100 hektar dan diharapkan lebih karena kami sedang kembangkan untuk luasan. Pemateri adalah penangkar yang harapannya bisa buat pembenihan lokal. Komoditas ini untuk tunjang selain padi dan lainnya. Di jawa tengah ada beberapa sentra kedelai seperti Grobogan dan Purworejo yang akan ditularkan ke Wonosobo," pungkasnya. ***

Editor: Erwin Abdillah

Tags

Terkini

Terpopuler