“Bagaimana kita inisiasi dan teruskan bersama adalah yang terpenting, dengan kesejarahan Wonosobo dan Temanggung yang sebelumnya satu wilayah. Wonosobo sebelumnya juga menggelar revitalisasi 2 kebudayaan di Selokromo, yakni wayang Othok Obrol dan Daeng,” kata Afif.
Sementara itu, kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Agus Wibowo menjelaskan bahwa Wayang Kedu yang ditampilkan 2 dalang tersebut memiliki karakter yang cukup beda dengan gagrag Solo dan Yogya. Dari sisi durasi juga Wayang Kedu lebih singkat karena tidak harus dipentaskan semalam suntuk.
“Melalui Indonesiana kita lakukan kolaborasi bersama didukung Kemendikbudristek. Tujuan utamanya adalah lestarikan wayang kedu yang hampir punah. Saat ini ada 1 generasi Agus Suprasetya untuk direvitalisasi dan kolaborasi untuk dipentaskan,” kata Agus.
Berbagai perbedaan wayang Kedu juga dijabarkan dalam buku yang diterbitkan Disparbud Wonosobo terkait gagrag Wonosaban termasuk suluk dan gending pengiringnya. Juga ada dua karakter wayang yang tidak ada di Wayang lainnya.
“Sebenarnya perbedaan inilah yang jadi kekayaan budaya dan mari selamatkan ini untuk generasi muda. Harapan kami nanti bisa diadakan pertunjukan dengan atraksi destinasi wisata karena memang Wonosobo kuat di budayanya,” tutur Agus.***