Ritual Wiwit Methik Sata, Potret Harmoni Kerukunan Umat Beragama di Reco Wonosobo

- 11 Desember 2023, 11:47 WIB
Ritual Wiwit Methik Sata, awal panen tembakau di dusun Anggruggondok, desa Reco kecamatan Kertek Wonosobo digelar tiap tahun.
Ritual Wiwit Methik Sata, awal panen tembakau di dusun Anggruggondok, desa Reco kecamatan Kertek Wonosobo digelar tiap tahun. /Kabar Wonosobo/ Erwin Abdillah

Baca Juga: Kerukunan Umat Beragama di Wonosobo Telah Terbangun Harmonis, Diminta Terus Dijaga Bersama

Saat ritual, warga mengenakan busana khas Jawa kuno seperti surjan, jarit, dan belangkon khas Yogyakarta. Pada hari pelaksanaan, sesajen dari dapur warga kemudian dikirab menuju lahan yang terpilih menjadi tempat ritual.

Di lahan tembakau, Mbah Tito bersama beberapa tetua desa melakukan pemasangan bundel atau tali dari kain selendang yang bernama Bundel Sangga Buana dan Oman Ketan Ireng. Bundel yang dipasang pada empat penjuru mata angin itu diawali dari arah wetan lor ‘timur laut’. Pemasangan bundel dilakukan dengan cara memutar.

Upacara utamanya adalah menikahkan dua pengantin tembakau yang ada di Tengah-tengah bundel itu. Mantra diucapkan sebagai wujud permohonan izin pada yang Mahakuasa dan ibu pertiwi atau alam. Warga percaya bahwa menanam apapun harus ada tanah, ada tanaman, dan ada yang memelihara atau menjaga sampai hingga waktu panen. Pemilik lahan dan keluarganya juga diminta berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

Baca Juga: Toleransi Beragama Terjaga Apik, Wonosobo Dapat Pujian Selangit

“Lahan ini kita bundel dengan Sangga Buwana. Jika ada orang yang berbuat jahat, tolaklah,” begitu bunyi salah satu mantranya. Usai dibundel, pemilik lahan ikut memutari sambil membaca mantra yang sama di seluruh arah mata angin sampai bertemu titik awal tadi atau yang disebut dengan temu gelang.

Usai dipetik, dua manten itu dibawa ke titik tengah lahan dan, kemudian, digenapkan bundel kelima tepat di pusat empat bundel tadi. Sesajen utama untuk manten tembakau diletakkan di tanah beserta kemenyan yang tingginya hampir satu meter dinyalakan.

Dipercayai oleh masyarakat Reco, tanaman tembakau mempunyai nyawa dan pelindung. Untuk memanen tembakau, misalnya, para petani perlu memotong batang tembakau, yang diibaratkan mematahkan lengan atau melukai makhluk hidup yang bisa saja merasa kesakitan.

Usai ritual di lahan selesai, seluruh sesajen dibawa ke rumah pemilik lahan. Warga berkumpul di sana, duduk bersila mengikuti ritual doa yang dipimpin oleh Mbah Tito. Tidak lupa, 14 daun yang diambil dari lahan ditaruh di atas pintu rumah.

Baca Juga: Mengenal Komunitas GUSDURian Wonosobo, Upaya Abadikan Gagasan Gus Dur dan Ajak Kaum Muda Pahami Keberagaman

Halaman:

Editor: Erwin Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah