Tradisi Suku Kreung Kamboja dengan Nam Am Berk, Membuah Gubuk Cinta untuk Proses Perjodohan

31 Mei 2021, 08:29 WIB
Caption : Potret dari Suku Kreung dengan sebuah gubuk cinta untuk tradisi perjodohan /steemit.com

KABAR WONOSOBO – Terdapat sebuah tradisi unik pada Suku Kreung di Ratanakiri, Kamboja dalam melangsungkan perjodohan terhadap anak perempuannya.

Pada umumnya orang tua akan memperkenalkan seorang pria kepada anak perempuannya yang telah tumbuh dewasa.

Sama halnya dengan Suku Kreung, hanya saja cara orang tua di sana memiliki tradisi tersendiri untuk mencarikan jodoh kepada anaknya yang dikenal dengan ‘nam am berk’.

Baca Juga: Kamboja Lockdown Ibu Kota Phnom Penh, Imbas Peningkatan Persebaran Wabah Covid-19

Ketika seorang gadis mencapai usia remaja sekitar 12-15 tahun atau sudah mengalami menstruasi, orang tua akan membangunkan sebuah gubuk sederhana di sekitar rumah.

Gubuk tersebut nantinya akan digunakan oleh si gadis untuk memilih pria yang akan dijadikan suaminya.

Gadis tersebut akan tinggal di gubuk itu untuk sementara waktu hingga berhasil mendapatkan calon suami.

 Baca Juga: Rambut Anne Avantie Tak Pernah Lepas Bunga Kamboja, Ternyata ini Alasan Sebenarnya

Pada siang hari, ia melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa kemudian memasuki malam hari, si gadis akan memilih seorang pria lajang untuk dibawa ke gubuknya.

Mereka akan menghabiskan satu malam penuh secara bersama untuk saling mengenal dengan tetap diawasi orang tua si gadis.

Proses pemilihan pria ini bisa berlangsung lama dan menghabiskan banyak kandidat karena memang tidak mudah untuk memilih pasangan hidup.

 Baca Juga: Ternyata ada Konsep 5 Gender di Masyarakat adat Sulawesi Selatan, Netizen Indonesia Harus Belajar Sejarah

Namun, dalam satu malam hanya boleh ada satu pria saja yang tinggal di dalam gubuk si gadis.

Hingga gadis tersebut menemukan pasangan yang dianggap cocok, mereka diperkenankan untuk melakukan hubungan percintaan.

Mungkin hal ini terdengar cukup ekstrem untuk orang yang tidak terbiasa dengan budaya Suku Kreung.

 Baca Juga: Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha Didenda Rp 2 Juta Karena Tidak Pakai Masker Saat Pimpin Rapat

Perlu diketahui bahwa dalam setiap perkenalan, seorang pria tidak boleh memaksa si wanitanya untuk melakukan hubungan seksual.

Kepada pria yang tidak dipilih si gadis untuk menjadi suaminya, pada satu malam itu hanya akan ada percakapan saja di dalam gubuk tersebut.

Jika diketahui pria melakukan pemaksaan maka akan ada hukum adat yang sangat berat untuk diberikan kepada pria tersebut.

 Baca Juga: Pertemuan bilateral Indonesia-Vietnam, Jokowi dan Perdana Menteri Phạm Minh Chính Bahas 3 Masalah ini

Menurut adat setempat tradisi ini sudah bukan hal tabu dan dianggap sebagai metode terbaik menikahkan anak perempuan mereka.

Para orang tua akan menganggap hal ini cukup adil karena anak gadisnya dapat memilih dengan leluasa pria yang dicintainya tanpa adanya paksaan.

Sehingga pernikahan pun akan awet, ini terbukti dengan tidak adanya angka perceraian di Suku Kreung.

 Baca Juga: Kritisi Kudeta Militer di Negaranya, Miss Myanmar Raih Gelar Kostum Nasional Terbaik di Miss Universe 2020

Angka pemerkosaan di Suku Kreung sendiri sangat rendah bahkan hampir tidak ada berkat adanya tradisi seperti ini.

Ritual ini konon masih dilakukan tetapi mulai tergerus oleh zaman dengan masuknya teknologi di suku tersebut.

Gubuk yang dijadikan sebagai tempat perkenalan yang dulunya menggunakan bambu, kini sudah dibangun lebih modern dengan batu bata meski begitu tradisinya hampir tidak berubah.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: cambodiadaily.com

Tags

Terkini

Terpopuler