Namun ada yang menyebut naiknya "Mona Lisa" hingga dikenal seluruh dunia sangat bergantung pada faktor-faktor di luar kanvas seperti peristiwa yang meliputinya dari tahun ke tahun.
Raja François yang Pertama dari Prancis pernah membeli lukisan itu dan mulai memajangnya setelah kematian Leonardo da Vinci. Kemudian, pada tahun 1550, seorang sarjana Italia Giorgio Vasari menerbitkan biografi populer seniman Renaisans Italia, yang menyebut nama Leonardo da Vinci serta Mona Lisa.
Dalam biografi itu, disebutkan Mona Lisa sebagai tiruan nyata yang menghipnotis hingga selama bertahun-tahun, "Mona Lisa" menjadi salah satu karya paling patut ditiru dalam Koleksi Kerajaan Prancis.
Lukisan Mona Lisa juga tergantung di kamar tidur Napoleon dan akhirnya dipamerkan di Museum Louvre. Di sana, pengunjung berbondong-bondong untuk melihat harta karun pribadi dari aristokrasi yang digulingkan.
Lalu, selama tahun 1800-an, serangkaian sarjana Eropa lebih lanjut menghipnotis "Mona Lisa" dan terpaku pada tingkat yang mencolok pada daya pikat subjek.
Sedangkan pada tahun 1854, Alfred Dumesnil mengatakan bahwa senyum Mona Lisa memberikan daya tarik yang berbahaya. Setahun kemudian, 1856, Théophile Gautier menulis tentang Mona Lisa dengan "bibir mengejek" dan "pandangannya menjanjikan kesenangan yang misterius."
Baca Juga: Puluhan Profesor di Korea Ajukan Petisi Disney Plus, Prihatin Sejarah Drama 'Snowdrop'
Lalu pada tahun 1869, Walter Pater menggambarkan Mona Lisa sebagai perwujudan kecantikan feminin yang tak lekang oleh waktu. Sedangkan pada abad ke-20, potret itu menjadi bagian ikonik di salah satu museum paling terkenal di dunia.
Akhirnya setelah perampokan Peruggia tahun 1911 membantu Mona Lisa meroket ke ketenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga seluruh dunia.