Kutipan 'Laut Bercerita' Leila S Chudori; Novel Sejarah tentang Tragedi Penculikan Aktivis Tahun 1998

30 Agustus 2022, 20:51 WIB
Leila S Chudori ceritakan tragedi gelap Indonesia yaitu penculikan aktivis di akhir Orde Baru pimpinan Soeharto tahun 1998 melalui tokoh bernama Biru Laut. /Instagram/ @leilachudori/Leila S Chudori

KABAR WONOSOBO - Gambarkan tragedi gelap Indonesia di akhir masa kediktatoran Soeharto pada tahun 1998 silam, sastrawan Leila S Chudori tulis novel Laut Bercerita. 

Memiliki tokoh sentral bernama Biru Laut, Leila S Chudori ceritakan mengenai kekejaman pemerintah era akhir Orba melalui tragedi penculikan aktivis. 

Melalui plot penceritaan yang mencekam, Laut Bercerita yang telah diangkat menjadi film dengan Reza Rahadian sebagai Biru Laut tersebut juga menghadirkan kalimat-kalimat penuh makna. 

Baca Juga: 20 Kutipan 'Laut Bercerita' Leila S Chudori, Novel yang Kisahkan Tragedi 1998

Laut Bercerita memunculkan banyak kutipan atau quotes yang menggunggah di sepanjang novel yang juga berjudul 'The Sea Speaks His Name' tersebut. 

Berikut adalah kumpulan kutipan atau quotes dari novel berjudul Laut Bercerita dari Leila S Chudori yang ceritakan tragedi penculikan aktivis di tahun 1998 silam. 

  • Matilah engkau mati. Kau akan hidup berkali-kali.
  • Kamu harus bisa membedakan mereka yang bermulut besar, omong besar, dengan mereka yang memang serius ingin memperbaiki negeri ini.

Baca Juga: Kutipan My Liberation Notes, Drama Baru Kim Ji Won dan Son Seok Koo

  • Semakin aku tumbuh dan semakin melahap banyak bacaan perlahan aku menyimpulkan bahwa ada dua hal yang selalu menghantui orang miskin di Indonesia: kemiskinan dan kematian.
  • Pengkhianat ada di mana-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa.
  • Aku hanya ingin kau paham, orang yang suatu hari berkhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu.

Baca Juga: Kutipan Buku Woe-man Relationship dari Audian Laili, Bahas Perempuan hingga Self Love

  • Apa yang kita peroleh di ruang kuliah dan kampus tak akan cukup. Di kampus kita hanya belajar disiplin berpikir, tetapi pengalaman yang memberi daya dalam hidup adalah di lapangan.
  • Tak semua keluarga harmonis dan menyenangkan seperti keluargamu, Laut. Kau beruntung.
  • Kau tak akan bisa memperolehnya dengan bersembunyi. Kau harus menghampirinya dan menggeggam tangannya tanpa pernah melepasnya lagi.
  • Aku ingin perempuan tak selalu menjadi korban, menjadi subjek yang ditekan, yang menjadi damel in distress

Baca Juga: Kutipan Buku Man's Search for Meaning, Kisah Viktor E Frankl Temukan Makna Hidup di Kamp Konsentrasi NAZI

  • DPRD dan DPR selama ini adalah septic tank,tempat penampungan belaka. Negara ini sama sekali tidak mengenal empat pilar. Kami hanya mengenal satu pilar kokoh yang berkuasa: presiden.
  • Kita tak boleh jatuh, tak boleh tenggelam, dan sama sekali tak boleh terempas karena peristiwa ini. Kebenaran ada di tangan mereka yang memihak rakyat.
  • Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah konstribusi, Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi, tapi apa pun yang kamu alami di Blangguan dan Bungurasih adalah sebuah langkah. Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu.
  • Kamu membuat pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan.

Baca Juga: Kutipan Buku Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan Ester Lianawati, Bacaan Wajib Meretas Patriarki

  • Aku menemukan cahaya yang kecil. Sesekali. Aku menemukan orang-orang baik, orang-orang yang ingin negara ini menjadi Indonesia yang bersih dan berubah.
  • Kita tidak bisa memusuhi seseorang karena pekerjaan ayahnya, kalau begitu nanti sama saja dengan pemerintah yang sekarang sedang kita lawan.
  • Peristiwa yang tak nyaman atau menyakitkan tidak perlu dihapus, tetapi harus diatasi.
  • Sama seperti Mas Laut, para lelaki ini selalu tak kepingin terlihat ada sebutir air mata pun di wajah mereka, seolah-olah air mata akan mengurangi maskulinitas. Tapi kaum ini sering lupa: menekan-nekan depresi dan rasa pedih sangat berbahaya.

Baca Juga: Kutipan Buku Ada Serigala Betina Dalam Diri Setiap Perempuan Ester Lianawati, Bacaan Wajib Meretas Patriarki

  • Yang paling penting untuk langkah awal adalah menyebarkan kesadaran pada masyarakat bahwa ini bukan persoalan pribadi. Ini persoalan kita semua dan bisa terjadi pada siapa saja.
  • Jika jawaban yang kalian cari tak kunjung datang, jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan. Di dalam upaya panjang dan berjilid-jilid itu, pasti ada beberapa langkah yang signifikan.
  • Seandainya belum ada satu pimpinan pun yang menunaikan janjinya untuk mengungkap kasus kematianku dan kematian semua kawan-kawan, maka inilah saranku: kalian semua harus tetap menjalankan kehidupan dengan keriaan dan kebahagiaan.***
Editor: Khaerul Amanah

Tags

Terkini

Terpopuler