Hubungan masa kini dan masa lalu digambarkan dengan runut. Alur maju-mundur tepat digunakan lantaran ampuh membangun imajinasi pembaca atas apa yang terjadi.
Baca Juga: Bicara Femisnisme Lewat Buku, Kalis Mardiasih Mendebat Hubungan Jilbab dan Kesalihan Perempuan
Bagaimana Lebas menceritakan tentang Romo, dan bagaimana tokoh pencerita menceritakan bagaimana Soeradja bisa berakhir menjadi Romo yang sekarat dan meminta bertemu Jeng Yah.
Dasiyah yang digambarkan sebagai ‘pencipta’ Kretek Gadis bersama ayahnya, Idroes Moeria, mengalami perkembangan cerita yang cukup mengesankan. Dari mulai gadis cerdas sampai kemudian membuat keputusan besar yang ternyata berhubungan erat dengan Seoradja.
Gadis Kretek tidak hanya menyuguhkan tentang romansa sejarah yang lantas menjadikan cerita ini menjadi menarik.
Penulis turut menyinggung perihal perilaku sosial, isu-isu feminisme, sampai politik melalui para tokoh yang terlibat.
Seperti ketika penulis membandingkan gaya hidup Idroes Moeria dengan Roemaisa ketika mereka masih remaja, hingga lantas berkeluarga. Atau ketika Seoradja dengan begitu berat menerima penawaran Idroes Moeria serta Dasiyah lantaran ia adalah ‘lelaki’.
“Aku cuma pingin diajeni sebagai wong lanang seutuhnya. Bukan sebagai benalu yang numpang hidup dan bisa petantang-petenteng karena dikasih kuasa sama calon mertua.” tulis Ratih dalam sebuah fragmen.
Baca Juga: Sinopsis Drama Korea True Beauty, Cinta Remaja dan Rasa Percaya Diri, Mirip Serial Kisah untuk Geri?