Bahkan mulai dari awal Mei pemilik pabrik semakin beralih ke generator diesel untuk menjaga bisnis mereka tetap berjalan di tengah krisis energi yang meningkatkan kekacauan.
Itu dilakukan oleh para pemilik pabrik untuk menjaga produksi mereka di tengah krisis energi yang tidak kunjung usai.
Baca Juga: Utusan Khusus Inggris Bertemu dengan Perwakilan Taliban Bahas Krisis di Afghanistan
Krisis ini pun membuat pihak berwenang China khawatir dan para pengusaha panik akan bisnisnya yang tersendat-sendat.
Sektor-sektor intensif energi seperti produksi logam dan semen diperkirakan menjadi salah satu yang paling terpukul.
Pabrik-pabrik ini takut tidak bisa memenuhi pesanan yang membludak menjelang akhir tahun.
Kekurangan energi ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari banjir di provinsi-provinsi penghasil batu bara di China, permintaan barang-barang yang meningkat setelah pelonggaran pandemi, dan kebijakan energi yang tidak seimbang.
Keadaan distorsi pasar China juga mengalami tingkat keekstreman yang tinggi termasuk penjatahan listrik dan kontrol harga, semuanya ini sangat berkontribusi atas kekurangan energi di China.
Kemudian, secara global ketergantungan pada produksi tenaga hijau dan oportunisme Rusia juga semakin memperburuk pasar energi yang semakin ketat sehingga mempengaruhi negara-negara lain termasuk China.***