Ketika berbicara tentang masalah ini dalam wawancara radio dan selama konferensi pers, Ash menyebutnya sebagai temuan yang harus diteliti lebih lanjut dan menekankan bahwa Kementerian Kesehatan belum menarik kesimpulan apa pun.
Menurut Ash, akan sulit menemukan keterkaitan antara vaksin dengan karena miokarditis sering hilang tanpa adanya komplikasi dan bisa disebabkan oleh berbagai virus.
Lagipula kasus miokarditis pada tahun-tahun sebelumnya juga tercatat dengan jumlah yang relatif sama.
Baca Juga: Denmark Negara Pertama yang Setop Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Ternyata ini Alasannya
Dilansir Kabar Wonosobo dari Reuters, Pfizer mengatakan bahwa pihaknya secara rutin menghubungi Kementerian Kesehatan Israel untuk meninjau data tentang vaksinnya.
"Efek samping (dari vaksin Pfizer) ditinjau secara teratur dan menyeluruh, dan kami tidak menemukan adanya peningkatan angka miokarditis pada populasi umum (yang telah divaksin). Hubungan kausal dengan vaksin belum ditetapkan," kata juru bicara Pfizer.
"Hingga saat ini tidak ada bukti yang menyimpulkan bahwa miokarditis adalah risiko yang muncul dari penggunaan vaksin Pfizer / BNT COVID-19," tambah Pfizer.
Baca Juga: Indonesia Gandeng China pada Kerja Sama Inisiatif Pusat Vaksin Asia Tenggara
Israel saat ini menjadi peringkat pertama dalam hal cakupan vaksinasi, dengan hampir 60% dari 9,3 juta populasinya telah menerima vaksin Pfizer.
Basis data nasionalnya telah menunjukkan vaksin itu sangat efektif dalam mencegah gejala dan penyakit parah yang terkait dengan COVID-19.