Satu ponton milik Hendra masing-masing memiliki awak kapal tiga hingga empat orang untuk mengoperasikannya.
Hendra mengatakan jika satu ponton biasanya menghasilkan sekitar 50 kg timah setiap harinya.
Hendara sendiri termasuk di antara puluhan penambang yang bermitra dengan PT Timah untuk mengekploitasi konsesi penambang negara.
Para penambang mendapatkan upah $4,90 hingga $5,60 atau sekitar Rp 70.000 hingga Rp 80.000 setiap kilogram pasirnya.
Sebuah perusahaan menunjukkan jika eksploitasi timah di wilayah laut ini sangat besar sekitar 265.913 ton per tahun dibandingkan dengan wilayah daratan sekitar 16.399 ton per tahunnya.
Adanya ekspansi besar-besaran ini, telah meningkatkan ketegangan dengan para nelayan sekitar yang mengatakan jika penangkapan ikan semakin sulit.
Salah satu nelayan bernama Apriadi Anwar (45) mengatakan, jaring ikan seringkali tersangkut di peralatan pertambangan.
“Ikan semakin langka karena karang tempat mereka bertelur sekarang tertutup lumpur hasil penambangan,” kata Anwar.