Sisi Gelap di Balik Eksploitasi Besar-Besaran Penambangan Timah di Bangka Belitung, Ikan Semakin Langka

- 11 Juni 2021, 07:52 WIB
Danau Kulong Biru, Koba, Bangka Belitung yang terbentuk akibat ekploitasi timah di darat
Danau Kulong Biru, Koba, Bangka Belitung yang terbentuk akibat ekploitasi timah di darat /aljazeera.com

Satu ponton milik Hendra masing-masing memiliki awak kapal tiga hingga empat orang untuk mengoperasikannya.

Hendra mengatakan jika satu ponton biasanya menghasilkan sekitar 50 kg timah setiap harinya.

 Baca Juga: Paska Kebakaran Refinery Balongan, Pertamina Tanggapi Hoax Kelangkaan Bahan Bakar, Jangan Ada Panic Buying

Hendara sendiri termasuk di antara puluhan penambang yang bermitra dengan PT Timah untuk mengekploitasi konsesi penambang negara.

Para penambang mendapatkan upah $4,90 hingga $5,60 atau sekitar Rp 70.000 hingga Rp 80.000 setiap kilogram pasirnya.

Sebuah perusahaan menunjukkan jika eksploitasi timah di wilayah laut ini sangat besar sekitar 265.913 ton per tahun dibandingkan dengan wilayah daratan sekitar 16.399 ton per tahunnya.

 Baca Juga: Protes Pembuangan Air Limbah Nuklir ke Laut, Mahasiswa Korea Selatan Gunduli Kepala di Depan Kedubes Jepang

Adanya ekspansi besar-besaran ini, telah meningkatkan ketegangan dengan para nelayan sekitar yang mengatakan jika penangkapan ikan semakin sulit.

Salah satu nelayan bernama Apriadi Anwar (45) mengatakan, jaring ikan seringkali tersangkut di peralatan pertambangan.

“Ikan semakin langka karena karang tempat mereka bertelur sekarang tertutup lumpur hasil penambangan,” kata Anwar.

Halaman:

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x