UPDATE Tragedi Kanjuruhan: Kritik Pedas kepada Polisi yang Tembak Gas Air Mata Berdatangan

3 Oktober 2022, 15:15 WIB
Kondisi Stadion Kanjuruhan pasca kerusuhan setelah pertandingan di antara Arema FC VS Persebaya yang makan korban jiwa pada 1 Oktober 2022 lalu, diduga diperparah polisi yang tembak gas air mata. /ZABUR_KARURU/ANTARA FOTO

KABAR WONOSOBO - Penggunaan gas air mata dalam tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu mendapatkan kritik pedas. 

Telah diberitakan sebelumnya bahwa telah terjadi tragedi kerusuhan pasca pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di antara Arema FC VS Persebaya yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Malang. 

Laporan terakhir menyebut bahwa salah satu tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola dunia tersebut merenggut nyawa sebanyak 125 orang, sementara lebih dari 320 orang lainnya luka-luka. 

Baca Juga: Dilarang FIFA, Gas Air Mata Disinyalir Perburuk Kerusuhan Stadion Kanjuruhan

Penggunaan gas air mata oleh polisi yang bertugas menjaga keamanan di Kanjuruhan tersebut disinyalir menjadi penyebab kepanikan massal. 

Terutama karena gas air mata tersebut juga turut ditembakkan ke arah tribun penonton yang juga terdiri dari wanita dan anak-anak. 

Induk sepak bola dunia, FIFA, sendiri telah melarang penggunaan gas air mata di dalam stadion seperti yang digunakan oleh tim keamanan dalam kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang, 1 Oktober 2022 lalu.

Baca Juga: UPDATE Tragedi Kanjuruhan: Terjadi Informasi Silang, Korban Meninggal Dunia Direvisi

Hal tersebut telah dicantumkan oleh FIFA dalam Regulasi Keamanan dan Keselamatan Stadion.

Tepatnya di peraturan nomor 19 poin b yang berbunyi, "No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used (tidak ada senjata api atau "gas pengendami massa" yang boleh dibawa atau digunakan."

Namun diketahui dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang yang terjadi dalam laga BRI Liga 1 di antara Arema FC VS Persebaya, tim keamanan menembakkan gas air mata yang disebut jadi pemicu kepanikan massal.

Baca Juga: Korban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Sempat Disebut Capai Angka 174 Jiwa, Laporan Terbaru Direvisi

Kapolda Jawa Timur, Nico Afinta, menyatakan hal lain mengenai penggunaan gas air mata dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

"Kami telah menggunakan cara lain untuk meredam kerusuhan sebelum akhirnya menembakkan gas air mata setelah (penggemar) mulai menyerang polisi, bertindak anarkhis dan membakar kendaraan," ungkap Nico Afinta.

Sementara itu, pelatih dari Arema FC yaitu Javier Roca ikut angkat suara pada Minggu, 2 Oktober 2022.

Baca Juga: Kisah Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan: Ngeri, apalagi Lihat Tangisan Perempuan dan Anak-Anak

"Saya pikir polisi sudah melewati batas, meskipun saya tidak berada di sana dan tidak langsung merasakan yang terjadi," ujar pelatih asal Chili tersebut. 

"Kembali dari konferensi pers, saya melihat tragedi itu. Mereka (para pemain) lewat dengan korban di pelukan mereka," sambungnya. 

 

Kritik serupa mengenai tindakan tim keamanan yang juga terdiri dari polisi menggunakan gas air mata juga mendapatkan kritik serupa. 

Baca Juga: Usut Pidana hingga Desakkan Cabut Izin Liga 1 Muncul usai Tragedi Stadion Kanjuruhan

Di media sosial, tragedi Stadion Kanjuruhan berubah menjadi chaos dengan ragam komentar sekaligus kritik yang datang bersama. 

Ketika artikel ini ditulis, tagar #PrayForKanjuruhan masih terus menduduki posisi trending Twitter maupun media sosial lainnya. 

Sementara itu, masih belum ada informasi resmi mengenai kinerja tim investigasi khusus yang kabarnya dibentuk untuk menyelesaikan tragedi Kanjuruhan ini. 

Baca Juga: Sebelum Tragedi Stadion Kanjuruhan Polisi Telah Surati Panpel Arema FC, Begini Isinya...

Bersama dengan belum ditetapkannya sanksi yang kemungkinan diberikan FIFA atas tragedi yang renggut ratusan nyawa pasca pertandingan Arema FC VS Persebaya tersebut.***

Editor: Khaerul Amanah

Tags

Terkini

Terpopuler