KABAR WONOSOBO - Tragedi Kanjuruhan yang telan ratusan korban jiwa menjadi sorotan dunia dan disebut-sebut sebagai salah satu tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Insiden yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu tersebut terjadi setelah Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3.
Dilansir oleh Kabar Wonosobo melalui laman The Guardian, insiden tersebut dimulai ketika kurang lebih 3.000 Aremania turun ke lapangan sebagai bentuk protes.
Kepanikan massal lainnya dimulai setelah polisi menembakkan gas air mata, yang tidak hanya mengenai kerusuhan di lapangan tetapi juga terarah ke tribun penonton.
Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa saksi mata yang turut berada di Stadion Kanjuruhan ketika insiden yang tewaskan 125 orang tersebut terjadi.
"Polisi tidak memeringatkan kami sebelum menembakkan gas air mata ke arah kami. Jadi ketika kerumunan bubar, semuanya panik dan menyesakkan orang-orang dengan mata perih," ungkap Rahmat (23) dalam wawancara dengan The Guardian.
Baca Juga: Ratusan Orang Jadi Korban Jiwa, Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Pecahkan Rekor Ini
Rahmat sendiri mengungkapkan berada di sebelah utara Stadion Kanjuruhan dengan tujuh orang teman.