Ia turut mengungkapkan bahwa tribun yang ditempati olehnya juga menjadi sasaran gas air mata dari polisi.
"Saya pikir saya mati malam ini, bahwa saya pasti akan mati di sini," sambung Rahmat yang mengungkapkan merasakan efek gas air mata malam itu, tak hanya mata perih tapi juga sesak napas.
Stadion Kanjuruhan sendiri malam itu hanya dihadiri oleh Aremania mengingat rivalitas di antara Arema FC dan Persebaya yang telah mendarah daging.
Laporan menyebut bahwa fans Persebaya atau Bonek tidak diperbolehkan menghadiri pertandingan Liga 1 tersebut.
Rahmat sendiri menyebut menunggu antara 30 menit dan sejam sebelum berhasil keluar dari kericuhan di Stadion Kanjuruhan.
Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Valentino Simanjuntak Mundur dari BRI Liga 1
"Hal yang saya lihat pertama setelah keluar dari stadion ada orang-orang yang berbaring di lantai. Saya pikir mereka mabuk atau pingas. Tapi setelah sampai di rumah, saya sadar bahwa yang saya lihat adalah mayat," ungkap Rahmat.
Kesaksian lanjutan menyebut bahwa dua mobil polisi terbakar serta dua mobil lainnya dirusak oleh penggemar.