Penulis cocok sekali menggunakan sudut pandang orang pertama, Aku. Seperti tengah menggiring pembaca, bahwa ia sedang tidak merasakan kisah hidup orang lain, melainkan diri sendiri.
Tentu saja dalam hal yang berbeda, tapi jika diresapi lebih dalam lagi selalu ada kesamaan pola.
Anggaplah si Aku ini memang adalah pembaca itu sendiri. Kita sama, menyimpan luka, dihina, diremehkan hanya karena fisik, dan menyimpan dendam serta keinginan untuk mati saja, tetapi sebenarnya jauh di dalam lubuk hati, takut.
Takut bahwa kematian juga sama tidak menyenangkannya dengan hidup.
Baca Juga: Sinopsis Laut Bercerita Karya Leila S Chudori, Kisah Pilu Biru Laut yang Rekam Masa Kelam Orba
“Manusia senang mencari kebahagiaan dan selalu berdosa; tiba-tiba menjadi takut kepada Tuhan dan kadang melupakannya untuk dosa gembira yang memuaskan mereka.” Sebuah kutipan yang kembali menyajikan realita keadaan manusia.
Tidak disarankan untuk membaca sambil-lalu, karena mungkin ada beberapa poin penting yang dilewatkan. Novel ini tipis, hanya sekitar 185 halaman saja.
Namun, kisah yang disuguhkan lebih dari cukup untuk membuat pembaca tersadar, perihal hubungan makhluk dengan Tuhan-nya, juga dengan alam.