Kalimat di atas nampak seperti sindiran keras yang dilayangkan ketika masa pemilu tiba. Bagaimana wakil-wakil orang terhormat berusaha untuk menarik simpati rakyat dengan melakukan beragam cara.
Menjanjikan banyak hal, padahal yang mereka inginkan hanyalah terus memupuk kekayaan diri sendiri.
“Para penjahat bahkan merambah ke dunia politik. Tapi yang aneh penjahat-penjahat itu, di negeri ini, mereka bebas melenggang. Di depan tivi mereka tersenyum, melambaikan tangan meskipun sudah tertangkap basah mencuri uang rakyat. Mereka tidak dihukum mati sepertimu, Pak. Inilah negeri bodoh yang buta dan pura-pura baik.”
Baca Juga: Buku Irfan Afifi Saya, Jawa, dan Islam Terlahir Hasil dari Proses Lelaku Mengenali Diri dan Sejarah
Profil Singkat Bagus Dwi Hananto
Bagus Dwi Hananto, lahir di Kudus, 31 Agustus 1992. Buku puisinya yang telah terbit Fantasme Jendela (2014). Sembari menjalani hari-hari sebagai mahasiswa sebuah universitas, ia terus membaca dan mengasah tulisannya. Saat ini ia menetap di Desa Mlati Lor.***