Papua Nugini Kewalahan Hadapi Pandemi Covid-19, Australia Upayakan Bantuan Internasional

19 Maret 2021, 01:15 WIB
Rumah sakit umum Port Moresby diduga menjadi salah satu sumber dari persebaran covid-19 di Papua New Guinea atau Papua Nugini. / ChildFund

 

KABAR WONOSOBO – Petugas medis, pemerintah dan rakyat Papua Nugini tengah kepayahan menghadapi pandemi covid-19 yang belakangan tengah merebak di negaranya.

Dilansir KabarWonosobo.com dari Reuters pada Kamis, 18 Maret 2021, dalam sebuah laporan resmi, Papua Nugini telah mencatat lebih dari 2.300 kasus sejak pandemi dimulai, angka yang menurut para ahli sangat kecil dibanding jumlah yang sebenarnya.

Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape awal pekan ini mengatakan kasus Covid-19 di negaranya telah berada di luar kendali.

 Baca Juga: Beberapa Negara Uni Eropa Hentikan Sementara Vaksin Astrazeneca, Ada Laporan Pembekuan Darah

James Marape memperingatkan bahwa rumah sakit setempat akan segera kewalahan menangani lonjakan kasus yang tiap hari makin bertambah.

Marape telah meminta orang-orang untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu.

Sayangnya, peringatan tersebut datang bersamaan dengan kematian Michael Somare, perdana menteri pertama Papua Nugini setelah merdeka dari Australia, yang lantas membuat ribuan orang berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir.

Baca Juga: Sri Lanka Segera Larang Pemakaian Burqa hingga Tutup 1000 lebih Madrasah Islam

Australia sebagai salah satu negara besar dan maju di kawasan Pasifik menunjukkan keprihatinannya terhadap pandemi yang makin mengkhawatirkan di negara tetangganya.

Kepala Petugas Medis Australia, Paul Kelly mengatakan bahwa pengujian terbatas terhadap dampak Covid-19 yang dilakukan di Papua Nugini menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan.

"Dari sampel pasien yang dirawat di rumah sakit di Port Moresby, setengah dari wanita yang dirawat karena hamil ternyata positif terpapar," kata Paul Kelly kepada wartawan saat diwawancara di Canberra.

Baca Juga: Sah, Vaksinasi Covid-19 Tidak Bikin Batal Puasa Ramadhan, Didukung Fatwa MUI

Scott Morrison memperingatkan wabah yang tidak segera ditangani dapat menghasilkan varian baru virus yang tidak hanya akan mempengaruhi Papua Nugini, tetapi juga wilayah yang lebih luas.

Australia akan menangguhkan semua perjalanan dari dan keluar Papua Nugini mulai Rabu tengah malam, tambahnya.

Australia juga mengatakan bahwa pihaknya telah mendekati anggota kelompok Quad Asia-Pasifik seperti Amerika Serikat, Jepang, dan India untuk mencari bantuan tambahan bagi Papua Nugini.

Baca Juga: Uni Eropa Setuju Jatuhkan Sanksi untuk China Atas Kasus Pelanggaran HAM pada Muslim Uighur

Seorang senior di pemerintahan Australia mengatakan, meskipun Uni Eropa telah membenarkan alasan pemblokiran pengiriman vaksin ke Australia adalah karena keberhasilan Canberra dalam menahan virus, namun alasan itu tidak akan diberlakukan terhadap Papua Nugini.

Lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan menyatakan bahwa negara miskin yang berpenduduk hampir sembilan juta orang itu sangatlah membutuhkan bantuan vaksin.

Marc Purcell, kepala eksekutif Dewan Australia untuk Pembangunan Internasional, yang mewakili lembaga-lembaga bantuan turut bersuara.

Baca Juga: Uni Eropa Bakal Jatuhkan Sanksi Pelanggaran HAM atas Kasus Muslim Uighur, China: Kami Tidak Akan Mundur

"Papua Nugini harus diberi kesempatan untuk berjuang mengalahkan pandemi ini. Tenaga medis di garis depan seperti dokter dan perawat lah yang akan menjadi penentu. Apakah pandemi ini masih dapat dikendalikan atau menjadi bencana besar bagi sistem kesehatan di Papua Nugini," kata Marc Purcell.

Sebuah sumber yang menolak disebut identitasnya mengatakan, Australia akan mengajukan permintaan vaksin tadi ke Uni Eropa minggu ini dan kemungkinan akan mendapatkan jawabannya dalam beberapa hari.*** 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: The Guardian REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler