Arab Saudi Upayakan Perdamaian dengan Gencatan Senjata dan Pembukaan Blokade, Houthi Yaman Belum Sepakat

- 25 Maret 2021, 10:35 WIB
Ilustrasi peta peperangan  yang melibatkan sekutu Houthi melawan sekutu Saudi Arabia. Tangkapan Layar kanal Youtube Vox.
Ilustrasi peta peperangan yang melibatkan sekutu Houthi melawan sekutu Saudi Arabia. Tangkapan Layar kanal Youtube Vox. /Youtube.com/ Vox

 

KABAR WONOSOBO - Arab Saudi menunjukkan iktikad baik untuk mengupayakan perdamaian baru pada hari Senin untuk mengakhiri perang di Yaman, termasuk gencatan senjata dan pembukaan kembali hubungan udara dan laut.

Sayangnya pihak Houthi Yaman mengatakan tawaran itu tidak cukup menjanjikan untuk mereka mencabut blokade.

Inisiatif yang diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, akan mencakup pembukaan kembali bandara Sanaa, dan memungkinkan impor bahan bakar dan makanan melalui pelabuhan Hodeidah.

 Baca Juga: Sedih, Patrich Wanggai Jadi Korban Rasisme oleh Netizen Indonesia Usai Cetak Gol untuk Kemenangan PSM

Dilansir Kabar Wonosobo dari Reuters, diketahui bahwa kedua pusat transportasi itu dikendalikan oleh Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran.

Pangeran Faisal mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa negosiasi politik antara pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi dan Kelompok Houthi akan dimulai kembali jika pihak Yaman menerima.

Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional mengeluarkan pernyataan menyambut positif tawaran tersebut.

 Baca Juga: Hubungan Diplomatik AS – Rusia Terancam Retak, Putin Tawarkan Diskusi Langsung Soal Tuduhan Joe Biden

Tapi Houthi mengatakan inisiatif itu tidak menawarkan sesuatu yang baru untuk mereka, karena masih belum memenuhi permintaan mereka untuk mencabut sepenuhnya blokade di bandara Sanaa dan pelabuhan Hodeidah.

"Kami berharap Arab Saudi akan mengumumkan diakhirinya blokade pelabuhan dan bandara dan inisiatif untuk mengizinkan 14 kapal yang ditahan oleh koalisi," kata ketua perunding Houthi, Mohammed Abdulsalam kepada Reuters.

Mohammed menambahkan, hak atas kemanusiaan tidak boleh digunakan sebagai alat untuk menekan.

 Baca Juga: Venus Williams Tulis Esai, Bicara Lantang tentang Kesetaraan Gender dan Kesetaraan Upah di Karir Olahraga

“Houthi akan terus berbicara dengan Arab Saudi, Amerika Serikat dan Oman sebagai mediator untuk membicarakan kesepakatan damai,” sebut Mohammed.

The Armed Conflict Location & Event Data Project (ACLED), database yang melacak kekerasan di Yaman menyebutkan, perang Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 orang, banyak dari mereka warga sipil.

Konflik yang dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran, telah menemui jalan buntu selama bertahun-tahun dan menyebabkan 80% populasi Yaman bergantung pada bantuan.

 

Houthi mengatakan mereka berperang untuk melawan sistem yang korup dan agresi asing.

Arab Saudi yang memimpin koalisi militer sekutu ditekan untuk segera mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama enam tahun tersebut.

Amerika Serikat dibawah Presiden Joe Biden mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan lagi mendukung intervensi tersebut.

 Baca Juga: Sejarah Badai Pasir Beijing China Sejak Ribuan Tahun Lalu, Ciptakan Kesuburan Daratan Tinggi Loess

Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah memperingatkan tentang terjadinya kasus kelaparan parah di Yaman.

“Meskipun ini baru tahap awal dari sebuah perdamaian, PBB menyambut baik niat Arab Saudi untuk melakukan sejumlah tindakan untuk membantu mengakhiri konflik di Yaman," ujar juru bicara PBB, Farhan Haq pada Senin, 22 Maret 2021.

Farhan mengatakan proposal tersebut sejalan dengan inisiatif PBB, dan untuk itu utusan khusus PBB, Martin Griffiths akan menindaklanjuti proposal tersebut dengan pihak-pihak yang bertikai.

 Baca Juga: Cuitan Pertama Bos Twitter, Jack Dorsey laku 40 Miliar Rupiah Lebih dalam Bentuk Aset Digital NFT

Pangeran Faisal mengatakan, Arab saudi akan bekerja dengan komunitas internasional untuk menekan Houthi untuk menerima proposal itu dan datang ke meja perundingan.

“Koalisi yang dipimpin Arab Saudi akan terus menghadapi serangan Houthi dengan tanggapan yang diperlukan," kata Pangeran Faisal.

Gerakan tersebut telah meningkatkan serangan drone dan rudal di Arab Saudi, termasuk di fasilitas minyak, dan serangan darat untuk merebut wilayah Marib yang kaya gas di Yaman.

 Baca Juga: Beberapa Wilayah Australia Terendam Banjir Akibat Curah Hujan Tinggi, Tim Penyelamat Terjunkan Helikopter

Sekutu menanggapi gerakan itu dengan balasan berupa serangan udara di kamp militer Houthi.

Kaum Houthi menuntut pencabutan blokade terhadap situs-situs vital yang diduduki sekutu yang dianggap telah menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, sebagaimana digambarkan oleh PBB.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi, dan lembaga bantuan menuduh kelompok itu telah menghalangi upaya bantuan yang diberikan ke Yaman.

Baca Juga: Apple Dituntut 2 Juta US Dollar karena Jual iPhone 12 Tanpa Charger oleh Procon-SP Brazil

Koalisi mengatakan, pelabuhan dan bandara harus dibatasi untuk mencegah distribusi senjata ke Houthi yang menguasai ibu kota dan daerah terpadat di negara itu.

Pengumuman Arab Saudi tidak merinci rute udara mana yang akan diizinkan untuk terbang ke Sanaa, atau apakah impor melalui pelabuhan Hodeidah akan dikenakan pra-otorisasi tambahan.

PBB telah menyiapkan mekanisme pemeriksaan yang mengharuskan kapal diperiksa terlebih dahulu di Djibouti sebelum mereka berlabuh di pelabuhan Hodeidah, namun kapal perang sekutu menahan sebagian besar kapal tersebut meskipun ada izin PBB.

Baca Juga: Akhirnya BWF Minta Maaf kepada Indonesia Soal All England 2021, lewat Surat Poul-Erik Hoyer

Pangeran Faisal mengatakan pendapatan pajak dari pelabuhan akan masuk ke rekening bank bersama di cabang bank sentral Yaman di Hodeidah.***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x