KABAR WONOSOBO – Hari ini, 30 April 2021 menandai 100 hari Joe Biden menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.
Pada momen 100 hari masa kerjanya, banyak pengamat politik yang kemudian menilik kembali janji-janji Biden yang ia lontarkan pada saat berkampanye menjelang pemilu.
Berikut adalah beberapa janji Biden yang terkait dengan kebijakan luar negeri yang akan ia eksekusi jikalau ia berhasil memenangkan pemilu dan menjadi Presiden Amerika Serikat dan bagaimana ia mengeksekusinya setelah 100 hari masa jabatannya:
Baca Juga: Joe Biden Soal Janjinya pada Kebijakan Dalam Negeri dan Pencapaian 100 Hari Menjabat Presiden AS
- Mengakhiri perang di Afghanistan dan Timur Tengah dan menghentikan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang saudara Yaman
Biden mengumumkan bahwa penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan akan dimulai pada 1 Mei dan pengerahan kembali akan dilakukan selambat-lambatnya 11 September.
Biden juga mengumumkan bahwa Amerika Serikat menghentikan bantuannya pada serangan militer pimpinan Arab Saudi di Yaman.
- Menempatkan hak asasi manusia sebagai pusat kebijakan luar negeri
Biden secara langsung menyuarakan keprihatinan tentang Hong Kong, pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uighur dan etnis minoritas di Provinsi Xinjiang, dan tindakan China terhadap Taiwan.
Dia juga berulang kali menyuarakan keprihatinan tentang pemenjaraan dan perlakuan terhadap pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny.
Tetapi di sisi lain, Biden menolak untuk mengutuk perbuatan putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman yang secara langsung bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis yang berbasis di AS bahkan setelah intelijen AS menunjukkan bahwa Salman menyetujui pembunuhan itu.
- Meningkatkan hubungan dengan sekutu yang sempat bersitegang di masa Trump
Pemimpin sekutu seperti Justin Trudeau dari Kanada dan Angela Merkel dari Jerman memiliki hubungan yang buruk dengan Amerika Serikat di masa Trump.
Mereka memuji Biden atas upayanya untuk kembali fokus pada masalah perubahan iklim, selaras dengan apa yang mereka perjuangkan.
Selain itu para pemimpin di Indo-Pasifik senang dengan upaya Biden yang melakukan koordinasi untuk membahas kebijakan China yang semakin ekspansif.
- Menyambut itikad baik dari diktator dan tiran seperti Putin dan Kim Jong Un
Biden telah membatalkan dua sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia.
Pemerintahannya memutuskan mempertimbangkan kembali pendekatannya dengan Putin dan mengatakan bahwa dia tertarik untuk menemukan area di mana AS dan Rusia dapat bersinergi.
Tim Biden mengaku bahwa mereka telah berusaha untuk menjalin kembali hubungan dengan Korea Utara, tetapi ajakan itu ditolak.
Baca Juga: Polisi Amerika Serikat Tembak Gadis 16 Tahun karena Diduga Mencoba Menikam, Krisis Rasisme Meningkat
- Bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir dengan Iran selama Teheran kembali patuh
Pembicaraan tidak langsung sedang berlangsung di antara para penandatangan kesepakatan 2015, termasuk di dalamnya pejabat Inggris, Jerman, Prancis, China, Rusia, dan Amerika Serikat.
Tetapi pertemuan itu tak kunjung mendapatkan hasil yang pasti karena Iran sejauh ini menolak untuk mematuhi kesepakatan lama selama tidak ada keringanan sanksi.
- Mengakui kekejaman era Perang Dunia I terhadap orang Armenia sebagai genosida
Saat mencalonkan diri sebagai presiden, Biden berjanji akan membuat kebijakan untuk mengakui pembunuhan dan deportasi massal oleh pasukan Kekaisaran Ottoman terhadap ratusan ribu orang Armenia lebih dari satu abad yang lalu.
Hal itu adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh presiden sebelumnya karena khawatir akan membuat marah Turki, sekutu strategisnya.
Biden menindaklanjuti janji tersebut pada Hari Peringatan Genosida Armenia yang dengan segera dikecam oleh Turki.***