Setidaknya 1000 Warga Sipil Terbunuh dalam Kudeta oleh Junta Militer di Myanmar Sejak Februari 2021

- 19 Agustus 2021, 18:49 WIB
Salah seorang warga sipil yang terbunuh akibat protes unjuk rasa terhadap pelaku kudeta di Myanmar yaitu Junta militer
Salah seorang warga sipil yang terbunuh akibat protes unjuk rasa terhadap pelaku kudeta di Myanmar yaitu Junta militer /www.bangkokpost.com

KABAR WONOSOBO – Setidaknya 1.000 orang di Myanmar telah tewas dibunuh oleh junta militer negara itu setelah tentara mengambil alih kekuasaan dalam kudeta sejak 1 Februari lalu.

Myanmar berada dalam kekacauan semenjak junta militer menggulingkan Aung San Suu Kyi dari kekuasaannya enam bulan lalu.

Para petinggi junta militer menangkap para pemimpin sipil terpilih di Myanmar dan mengambil alih kekuasaan untuk diri mereka sendiri yang memicu protes besar-besaran dari rakyat.

Baca Juga: Kritisi Kudeta Militer di Negaranya, Miss Myanmar Raih Gelar Kostum Nasional Terbaik di Miss Universe 2020

Para warga sipil melakukan unjuk rasa ke jalan-jalan secara massal untuk menuntut kembalinya demokrasi.

Mereka tidak hanya merampas nyawa para warga sipil tetapi juga masa depan negara dan harapan demokrasi.

Massa anti-junta itu pun beberapa di antaranya telah membentuk kelompok-kelompok pembelaan diri dan terus turun ke jalan setiap hari dalam pawai kilat.

Baca Juga: Kekejaman yang Dirasakan Para Jurnalis Saat Meliput Kudeta di Myanmar, Ditahan hingga Ada Dugaan Penyiksaan

Militer telah menanggapi demonstrasi tersebut dengan membunuh warga sipil, termasuk anak-anak.

Para militer melakukan tindakan keras berdarah dan menggunakan peluru tajam terhadap warga sipil.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) telah melacak pembunuhan di luar proses hukum itu dan sekarang telah mengkonfirmasi bahwa ada 1.001 kematian hingga hari Rabu, 18 Agustus 2021.

Baca Juga: PBB Peringatkan Krisis akibat Kudeta Militer Myanmar Bisa Berakibat Kematian Massal Jika Tidak Segera Diatasi

Kelompok itu percaya bahwa jumlah itu adalah jumlah yang terlalu rendah dari jumlah korban tewas yang sebenarnya.

Menurut AAPP, banyak orang tewas di jalan-jalan dan puluhan lainnya dibiarkan mati di sel penjara.

Sementara itu junta militer telah menutup berbagai media di negara itu, hanya meninggalkan AAPP sebagai sumber non-militer utama untuk melaporkan kematian warga sipil.

Baca Juga: Ribuan Warga Etnis Karen Myanmar Mengungsi ke Thailand karena Diberondong Serangan Udara Junta Militer

Meski pihak militer telah membantah jumlah kematian dari AAPP, tetapi mereka belum merilis perkiraannya sendiri.

Sedangkan pemimpin terpilih Myanmar, Aung San Suu Kyi hingga saat ini dirinya masih ditahan di bawah junta militer.

Aung San Suu Kyi menghadapi serangkaian tuntutan kriminal, mulai dari memiliki walkie-talkie ilegal hingga melanggar undang-undang rahasia negara.

Baca Juga: ASEAN Akhirnya Tunjuk Menlu Brunei Erywan Yusof sebagai Utusan Khusus Terkait Konflik Myanmar

Para pemimpin Junta mengatakan mereka akan mempertahankan kendali negara itu setidaknya sampai 2023.

Menurut sekretaris dari AAPP, selama militer berkuasa, mereka akan terus membunuh pemuda, profesional seperti dokter dan guru, pria, wanita dan anak-anak.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: NY Daily News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah