"Informasi yang belum dapat diverifikasi sama saja dengan menyebar berita bohong atau hoaks," tegas Wiku.
Dalam kesempatan itu, Wiku menuturkan bahwa banyaknya hoaks yang beredar dapat menghambat upaya pemerintah untuk mempercepat penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Dilansir Kabar Wonosobo dari Antaranews, seorang ahli fisika dari National High Magnetic Field Laboratory Amerika Serikat, Eric Palm memberikan pernyataan bahwa tidak mungkin ada microchip magnetis yang terbawa dalam penyuntikan vaksin Covid-19.
Baca Juga: Vaksin Astrazeneca di Indonesia Disetop Sementara, Diuji BPOM untuk Pastikan Keamanan
Eric juga menjelaskan bahwa ukuran jarum suntik yang sangat kecil, yaitu sepersekian milimeter, hanya memungkinkan untuk membawa partikel magnetik dalam kadar yang sangat kecil.
"Bahkan jika Anda menyuntikkan partikel yang sangat magnetis, ukurannya akan sangat kecil, sehingga tidak akan ada kekuatan yang cukup untuk benar-benar menahan magnet yang menempel di kulit Anda," jelas Eric.
Untuk memberikan perbandingan, Eric juga memberikan analogi bahwa koin saja bisa menempel di kulit karena adanya minyak dan tegangan yang terkait dengan permukaan benda yang bersentuhan.
"Koin, bahkan mudah menempel di dahi, seperti yang sering kita lakukan saat kecil," seloroh Eric.***