Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan: Polisi Tidak Memeringatkan Kami sebelum Menembakkan Gas Air Mata

4 Oktober 2022, 11:09 WIB
Pertandingan Arema FC VS Persebaya di Kanjuruhan berakhir ricuh hingga sebabkan tragedi setelah polisi putuskan tembak gas air mata yang ciptakan kericuhan massal. /ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

KABAR WONOSOBO - Tragedi Kanjuruhan yang telan ratusan korban jiwa menjadi sorotan dunia dan disebut-sebut sebagai salah satu tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola Indonesia. 

Insiden yang terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu tersebut terjadi setelah Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3. 

Dilansir oleh Kabar Wonosobo melalui laman The Guardian, insiden tersebut dimulai ketika kurang lebih 3.000 Aremania turun ke lapangan sebagai bentuk protes. 

Baca Juga: WASPADA! Ini Sederet Sanksi FIFA yang Mengancam Sepak Bola Indonesia Pasca Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang

Kepanikan massal lainnya dimulai setelah polisi menembakkan gas air mata, yang tidak hanya mengenai kerusuhan di lapangan tetapi juga terarah ke tribun penonton. 

Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa saksi mata yang turut berada di Stadion Kanjuruhan ketika insiden yang tewaskan 125 orang tersebut terjadi. 

"Polisi tidak memeringatkan kami sebelum menembakkan gas air mata ke arah kami. Jadi ketika kerumunan bubar, semuanya panik dan menyesakkan orang-orang dengan mata perih," ungkap Rahmat (23) dalam wawancara dengan The Guardian. 

Baca Juga: Ratusan Orang Jadi Korban Jiwa, Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Pecahkan Rekor Ini

Rahmat sendiri mengungkapkan berada di sebelah utara Stadion Kanjuruhan dengan tujuh orang teman. 

Ia turut mengungkapkan bahwa tribun yang ditempati olehnya juga menjadi sasaran gas air mata dari polisi. 

"Saya pikir saya mati malam ini, bahwa saya pasti akan mati di sini," sambung Rahmat yang mengungkapkan merasakan efek gas air mata malam itu, tak hanya mata perih tapi juga sesak napas. 

Baca Juga: TERKUAK! Polisi Sempat Minta Jadwal Pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang Diganti

Stadion Kanjuruhan sendiri malam itu hanya dihadiri oleh Aremania mengingat rivalitas di antara Arema FC dan Persebaya yang telah mendarah daging. 

Laporan menyebut bahwa fans Persebaya atau Bonek tidak diperbolehkan menghadiri pertandingan Liga 1 tersebut. 

 

Rahmat sendiri menyebut menunggu antara 30 menit dan sejam sebelum berhasil keluar dari kericuhan di Stadion Kanjuruhan. 

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Valentino Simanjuntak Mundur dari BRI Liga 1

"Hal yang saya lihat pertama setelah keluar dari stadion ada orang-orang yang berbaring di lantai. Saya pikir mereka mabuk atau pingas. Tapi setelah sampai di rumah, saya sadar bahwa yang saya lihat adalah mayat," ungkap Rahmat. 

Kesaksian lanjutan menyebut bahwa dua mobil polisi terbakar serta dua mobil lainnya dirusak oleh penggemar. 

Sementara itu, di dekat pintu masuk, kebakaran terjadi. 

Insiden di Stadion Kanjuruhan sendiri terjadi pada malam Sabtu, 1 Oktober 2022 dengan laporan terakhir menyebut sebanyak 125 orang meninggal dunia. 

Baca Juga: UPDATE Tragedi Kanjuruhan: Kritik Pedas kepada Polisi yang Tembak Gas Air Mata Berdatangan

Di antara 125 nyawa tersebut, 34 di antaranya meninggal dunia langsung di Stadion Kanjuruhan. 

Kericuhan sendiri dilaporkan bermula setelah kekalahan Arema FC atas Persebaya, yang sebabkan Aremania terjun ke lapangan. 

Menyatakan berusaha atasi kericuhan, polisi menembakkan gas air mata. 

Baca Juga: Dilarang FIFA, Gas Air Mata Disinyalir Perburuk Kerusuhan Stadion Kanjuruhan

Namun, bukannya hanya diarahkan ke arah kericuhan, gas air mata tersebut juga turut pula terarah ke arah tribun. 

Kesaksian menyebut bahwa gas air mata, yang jelas dilarang menurut regulasi FIFA, ditembakkan tanpa peringatan. 

"Beberapa orang di lapangan telah berusaha masuk ke ruang ganti pemain, tapi orang-orang lain di tribun hanya menonton. Ketika gas air mata ditembakkan, semua orang di tribun berusaha keluar. Orang-orang terinjak-injak," ungkap Zhafran Nashir dalam wawancara bersama The Guardian. 

Baca Juga: UPDATE Tragedi Kanjuruhan: Terjadi Informasi Silang, Korban Meninggal Dunia Direvisi

Narasumber yang sama menyebut bahwa ia menyaksikan lima kali tembakan gas air mata ke arah orang-orang yang menunggu di ujung selatan stadion. 

 

 

"Malam ini, saya pikir nyawa manusia tidak ada harganya," imbuh kesaksian lain seperti dilansir tim Kabar Wonosobo dari sumber yang sama.***

Editor: Khaerul Amanah

Tags

Terkini

Terpopuler