Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan: Saya Bertahan di Tribun Meskipun Gas Air Mata Membakar Tenggorokan

- 4 Oktober 2022, 11:21 WIB
Kondisi pasca kerusuhan Kanjuruhan setelah Arema FC kalah dari Persebaya dalam laga sepak bola Liga 1 pada 1 Oktober 2022, telan ratusan korban jiwa.
Kondisi pasca kerusuhan Kanjuruhan setelah Arema FC kalah dari Persebaya dalam laga sepak bola Liga 1 pada 1 Oktober 2022, telan ratusan korban jiwa. /WILLY KURNIAWAN/REUTERS

Sementara itu, regulasi FIFA sendiri melarang keras tembakan gas air mata selama pertandingan sepak bola berlangsung. 

"Saya bertahan di tribun meskipun gas air mata membakar tenggorokan. Selama 20 tahun menjadi Aremania, saya tidak pernah merasa begitu ketakutan seperti malam itu," ungkap Prayogi. 

Baca Juga: Ratusan Orang Jadi Korban Jiwa, Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Pecahkan Rekor Ini

Lebih lanjut, narasumber The Guardian tersebut sendiri menyaksikan laga Arema FC VS Persebaya tersebut bersama dengan sang istri dan sekelompok teman dari dekat gerbang 13.

Kesaksian lain muncul dari Zhafran Nashir yang menyatakan berada di tribun timur Kanjuruhan, menyatakan bahwa tembakan gas air mata memicu kepanikan. 

"Saya pikir itu (tembakan gas air mata) tidak perlu karena kerusuhan ada di lapangan. Beberapa orang masuk ke ruang ganti pemain, tapi orang-orang di tribun hanya menonton. Ketika gas air mata ditembakkan, semua orang di tribun berusaha untuk keluar," terangnya.

Baca Juga: TERKUAK! Polisi Sempat Minta Jadwal Pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang Diganti 

Lebih lanjut, narasumber tersebut menyebut bahwa orang-orang dari tribun yang berusaha keluar, terinjak-injak. 

Tak hanya itu, Zhafran Nashir menyebut melihat dua orang anak yang kehilangan orang tua mereka dalam kericuhan tersebut. 

Tragedi yang disebut menjadi yang terburuk dalam sejarah sepak bola Indonesia tersebut dilaporkan mengorbankan 450 orang. 

Halaman:

Editor: Khaerul Amanah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x