KABAR WONOSOBO – Angsung Puja Bakti Dewi Sri digelar warga yang mayoritas beragama Buddha di dusun Delen, Desa Tleter, Kecamatan Kaloran, Temanggung pada Minggu, 12 April 2021.
Dalam agenda bertajuk Angsung Puja Angsung Bekti Dewi Tara itu menjadi potret tradisi serta akulturasi harmonis budaya jawa dengan ajaran Buddha dalam pemujaan Dewi Sri atau dewi Tara sebagai lambang kemakmuran dan kesejahteraan.
Dilansir KabarWonosobo.com dari laman Media Center Temanggung, dalam tradisi itu warga Dusun Delen mengikuti prosesi diawali membawa ratusan sesaji dan tumpeng ke lokasi mata air yang terdapat patung Dewi Sri.
Baca Juga: Melihat Perayaan Mahashivaratri Umat Hindu, Ada Tradisi Unik dan Beda di Tiap Daerah
Prosesi puja bakti menandai dimulainya acara dan dihelat di Vihara Dharma Giri Kumara, Delen. Agenda doa dipimpin Biksu Damakaru untuk keselamatan dan kelancaran acara.
Agenda berikutnya adalah kirab bersama warga setempat dengan berjalan dari vihara Dharma Giri Kumara menuju lokasi mata air.
Patung Dewi Sri menjadi tujuan utama kirab dan warga membawa seserahan yang merupakan sesaji berupa tumpeng , ingkung dan berbagai jajanan pasar serta buah-buahan.
Baca Juga: Pelajari Kembali Sejarah Hari Raya Nyepi di Indonesia dan 4 Rangkaian Upacara Pentingnya
Lokasi mata air tempat patung dewi Sri berada merupakan hulu Sungai Delen dan di sana dilakukan prosesi peletakan seserahan di bawah patung Dewi Sri.
Diungkapkan Biksu Damakaru, Dewi Tara atau di Jawa dikenal sebagai dewi Sri, yang juga dikenal sebagai Bodhi Satwa telah memberikan pertolongan pada segenap makhluk.
Diharapkan Biksu Damakaru, dengan adanya simbol atau tanda patung Dewi Tara di mata air Delen menjadi sebuah bekal keselamatan untuk wilayah tersebut.
“Arca Dewi Tara ini kita jadikan sebagai tanda bahwa disinilah tempat yang harus kita jaga, kita rawat, dan lestarikan. Karena di situ ada sumber mata air yang sudah ada dari zaman ke zaman yang telah memberi kehidupan bagi masyarakat Dusun Delen ini,” kata biksu.
Biksu Damakara berdoa di lokasi diikuti warga yang duduk memanjang dan dilanjutkan dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh bante. Selesai berdoa seluruh warga menyantap seserahan yang sudah dibawa.
Menurut ketua panitia sekaligus Kepala Dusun Delen, Sabariyanto, proses ritual tersebut sudah ada sejak era nenek moyang terdahulu. Bahkan sudah dilaksanakan secara turun-temurun hingga sampai saat ini.
Baca Juga: Melihat Tradisi Sadranan Jumat Legi di Pasar Parakan, Kirab Tumpeng Pedagang dan Doa Bersama
Prosesi tersebut menjadi bentuk untuk Nguri-nguri atau melestarikan warisan tradisi nenek moyang, sekaligus bentuk syukur pada Tuhan Yang Maha Esa.
Serta sebagai bentuk penghormatan dari umat Buddha setempat atas limpahanrezeki dari pertanian di Delen.
“Kita nguri-nguri warisan nenek moyang sejak dulu, namanya Angsung Puja Angsung Bekti kepada Tuhan Yang Maha Esa , dan kepada Dewi Sri yang memberikan rejeki. Harapannya dengan tradisi ini kita selalu diberi keselamatan dan kemakmuran, baik warga Dusun Delen yang saat ini ada di Dusun Delen maupun diluar dusun,” tutur Sabariyanto. ***