Kisahkan Seorang Perempuan dengan Orientasi Seksualnya, Baca Quotes Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala Ini

- 11 Oktober 2021, 16:07 WIB
Potret sampul novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, dari tangkapan layar Instagram/@gadiskretek
Potret sampul novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, dari tangkapan layar Instagram/@gadiskretek /Instagram/@gadiskretek

KABAR WONOSOBO― Ratih Kumala menerbitkan Tabula Rasa pada tahun 2014 dan menjadi salah satu novel bertema LGBT yang patut menjadi rujukan.

Menceritakan mengenai sosok Raras yang bimbang dengan orientasi seksualnya, serta Galih yang ditinggal mati kekasihnya ketika di Rusia.

Keduanya dipertemukan dalam sebuah kisah cinta yang lebih banyak membahas mengenai perkembangan diri dua karakter utama.

 Baca Juga: Ini Alasan Pentingnya Baca Novel Sejarah Bagi Generasi Muda, Coba Mulai dari Laut Bercerita Leila S Chudori

Ratih Kumala berhasil menyajikan karya sastra dengan akhir logis mengenai seorang gadis lesbian dengan laki-laki yang tidak dapat bangkit keterpurukan setelah kekasihnya meninggal.

Berikut merupakan kutipan atau quotes dari novel Tabula Rasa yang ditulis penulis Gadis Kretek:

1. Semua buku yang sudah dilempar ke pasaran otomatis menjadi milik masyarakat. Tiap pembaca punya hak sendiri-sendiri untuk mengartikan isi buku tersebut.

Baca Juga: Kisahkah Dua Tokoh Buronan Politik, Inilah Quotes di Novel Saman Larung Karya Ayu Utami yang Sayang Dilewatkan

2. Tiap penulis punya hak untuk menjelaskan apa yang ditulisnya, apa yang ada di pikirannya.

3. Kematian adalah apa yang paling titik. ‘Apa’ dan bukan ‘alpa’ sebab ia sangat berisi dan tidak kosong atau akhir. Ia hanya salah satu tanda baca, titik yang paling titik. Jeda.

4. Kematian adalah pintu dari segala sendiri dan jalan dari awalnya akhir.

5. Jalanku memang berbeda, tapi jangan khawatirkan aku, apalagi menangisi lukaku. Sebab aku telah belajar berdiri pasti dan kelak aku akan terbang tinggi.

6. Kematian adalah antara.

Baca Juga: Quotes Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak, Berlatar Tragedi G30S PKI hingga Pengasingan di Pulau Buru

7. Ternyata, berapapun umur manusia atau makhluk apa pun, kematian adalah pantas untuk semua.

8. Face my fear. Aku ingin menyangkal, tapi tidak bisa.

9. Ternyata memang ada yang kutakuti. Maka aku diam saja.

10. Tidak ada hubungan cinta atau asrama mana pun yang bisa memberi jaminan apa pun.

11. Konkretisasi adalah pemberian makna pada sastra, seperti kita memberi makna pada orang-orang yang kita cintai.

Baca Juga: Quotes di Novel Malam Terakhir Karya Leila S Chudori yang Beri Pencerahan tentang Pandangan Hidup

12. Hal-hal bodoh yang pernah dilakukan seseorang di masa lalu, hal-hal bodoh yang kulakukan di masa lalu. Selalu anehnya, pada waktu ini kita berpikir bahwa itu adalah yang terbaik, atau setidaknya yang benar menurut diri kita sendiri. Ada suara hati yang berbisik dan kita mendengarkannya. Dan dari semua hal, nafsu adalah yang paling abadi, dominan, permanen. Ego. Keberadaannya jauh di bawah sadar kita dan tubuh serta pikiran kita dipimpin oleh hati yang kadang dipimpin oleh nafsu.

Baca Juga: Terjebak di Lingkungan Patriarki? Quotes Novel Cho Nam Joo “Kim Ji Yeong Lahir Tahun 1982” ini Cocok Buatmu

13. Waktu memang selalu membawa manusia kepada gerbang paling menakutkan. Kerentaan. Sebuah ketidakabadian umum yang menjadi rahasia Tuhan karena siklusnya selalu berputar seperti kincir air pada dam, sumber yang terinjak justru menghasilkan energi. Waktu adalah musuh masa dan menjadi teman terbaik sekaligus. Ketidakabadian yang abadi. Karenanya orang-orang takut sendiri. Waktu adalah gambaran kerentaan bumi seperti pemintal yang menyebalkan benangnya lalu menggulung dan menjalin apda tiap lembarannya.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: Novel "Tabula Rasa"


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah