Sejarah Badai Pasir Beijing China Sejak Ribuan Tahun Lalu, Ciptakan Kesuburan Daratan Tinggi Loess

- 23 Maret 2021, 20:53 WIB
Badai Pasir terparah sepanjang 10 tahun di Beijing China sejak Senin (15/3/2021)
Badai Pasir terparah sepanjang 10 tahun di Beijing China sejak Senin (15/3/2021) /Reuters

 

KABAR WONOSOBO – Senin, 15 Maret 2021 lalu badai pasir melanda ibu kota China, Beijing dan diperkirakan berlangsung cukup lama.

Kejadian yang membuat langit China sampai berwarna jingga itu menjadi badai pasir terburuk sepanjang dekade ini.

Badan Meteorologi China memberikan peringatan bahwa badai pasir yang berasal dari wilayah Mongolia sudah menyebar ke beberapa provinsi seperti Gansu, Shanxi, dan Habei yang mengelilingi kota Beijing.

Baca Juga: Beijing Dilanda Badai Pasir Terbesar, 400 Penerbangan Dibatalkan dan 341 Orang Dilaporkan Hilang

Dilansir KabarWonosobo.com dari theconversation.com pada Selasa, 23 Maret 2021, para ahli geologi China menyebutkan bahwa ukuran partIkel dari badai tersebut berdiameter lebih dari 0,06 milimeter.

Partikel ini mungkin tidak akan menyebar luas hingga ke wilayah negara lain, tetapi permasalahannya adalah debu pasir ini akan tertahan di langit Beijing.

Efek dari tertahannya debu di atmosfer tersebut sudah pasti membahayakan kesehatan manusia terutama penyebab gangguan pernapasan.

 Baca Juga: Uni Eropa Setuju Jatuhkan Sanksi untuk China Atas Kasus Pelanggaran HAM pada Muslim Uighur

Menanggapi hal ini, Pemerintah China mengimbau masyarakatnya untuk menggunakan kacamata, masker, dan alat lainnya untuk melindungi diri dari badai pasir ketika berkegiatan di luar rumah.

Badai pasir di China sendiri telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dan terakumulasi hingga ketebalannya mencapai 350 meter sehingga membentuk Daratan Tinggi Loess Cina.

Daratan ini kaya akan nutrisi mineral dan menghasilkan tanah pertanian yang produktif.

Baca Juga: CEO Ant Group Simon Hu Menyatakan Mundur dari Fintech Terbesar di China, Ada Apa?

Sebagian besar dari lahan tersebutlah yang saat ini sedang terkikis dan terbawa oleh angin sehingga bersikulasi di awan sebagai debu.

Diperkirakan peningkatan frekuensi debu pasir di China terjadi karena adanya peningkatan populasi dan didukung dengan meningkatnya aktivitas Monsun Asia.

Lokasi Kota Beijing yang dekat dengan gurun Ghobi China menjadi faktor lain mengapa badai pasir melanda kota tersebut.

chinaBaca Juga: Jack Ma Terkonfirmasi Bukan Tahanan Rumah dan Masih 'Terbang' ke beberapa Kota di China

Badai pasir diperparah dengan aktivitas penggundulan hutan yang terjadi di seluruh China wilayah utara.

Tentunya peningkatan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lingkungan bisa memperparah terjadinya badai pasir.

Polusi udara di kota Beijing saat ini pastinya sangat buruk dan membahayakan sistem pernapasan orang-orang yang menghirupnya.

Baca Juga: Ekonomi AS Makin Secure, Nilai Tukar Rupiah Melemah di Akhir Pekan, Ini Hasil Analisa Pasar Uang Terbaru

Namun dibalik dampak negatif yang ditimbulkan oleh badai pasir, kita juga dapat mengambil sisi baiknya.

Badai pasir ini berperan dalam mengangkut nutrisi dan mineral penting, terutama besi ke lautan dan mengendap menjadi pupuk fitoplankton di lautan dasar.

Sebuah studi di tahun 2014 menunjukkan bawa lebih dari tiga perempat mineral besi mengendap di Atlantik utara.

Baca Juga: Buku Irfan Afifi Saya, Jawa, dan Islam Terlahir Hasil dari Proses Lelaku Mengenali Diri dan Sejarah

Diperkirakan mineral ini berasal dari debu Gurun Sahara yang tertiup angin.

Penelitian lain menunjukkan bahwa debu Gurun Sahara memiliki peran penting dalam menyuburkan hutan hujan Amazon dengan nutrisi fosfor yang dibawanya.***

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: theconversation.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x