Baca Juga: Bicara Femisnisme Lewat Buku, Kalis Mardiasih Mendebat Hubungan Jilbab dan Kesalihan Perempuan
Melalui percakapan yang dilakukan antartokoh, pesan-pesan Sabda untuk Kana dan sebaliknya, atau melalui surat-surat keduanya. Penulis dengan lihai ‘menyusupkan’ pelajaran penting tetapi sering diabaikan tersebut melalui kisah mereka.
“Sabda yang patuh dan suka bermusyawarah.
Namun seiring laju waktu, aku yakin bahwa mencintaimu adalah anugerah. Yang semula asing jadi intim, yang semula aneh jadi akrab. Maksudku, kebiasaan berbahasa Indoneisa. Jangan ngeres.
Sekarang aku dapat membedakan sekalipun dan sekali pun.
Contoh bagi kata pertama: Aku akan selalu memaafkanmu, sekalipun kamu berkali-kali menyakitiku. Contoh penggunaan kata kedua: Meski berkali-kali menyakitiku, tidak sekali pun kamu meminta maaf.
(Hei, itu contoh kalimat. Jangan tersinggung, Yang.)”
Di atas adalah contoh paragraf dari halaman 275 yang memperlihatkan kelihaian penulis dalam pelajaran tentang bahasa Indonesia.
Kita, Kata, dan Cinta juga menyajikan lampiran yang berisi pelajaran-pelajaran penting dalam berbahasa. Seperti penggunaan konsonan, penambahan dan pengurangan huruf, pengubahan huruf, dan sebagainya.