Catatan Penting tentang Akar Isu Kejahatan Rasial Asian Hate yang Beberkan Fakta Sejarah sejak 1880-an

10 April 2021, 12:52 WIB
Warga keturunan Asia-Amerika berbicara tentang kejahatan rasial Anti-Asian dati tangkapan layar kanal Youtube VICE News. /Youtube.com/ VICE News

 

 

KABAR WONOSOBO― Lewat tulisan John Burton, konsultan dan jurnalis yang bertugas sebagai koresponden Korea untuk Financial Times, dibedah isu rasial yang tengah memanad di laman Korea Times.

Dari gambaran Burton, gelombang kejahatan rasial anti-Asian di Amerika Serikat memiliki akar yang kompleks.

Biasanya hal tersebut dibingkai dengan narasi bahwa orang Asia telah menjadi korban supremasi kulit putih.

Baca Juga: BTS Unggah Pernyataan Tentang Anti-Asian, Tagar Stop AAPI Hate dan Asian Langsung Trending

Undang-Undang Pengecualian China pada tahun 1882 melarang imigran China selama 60 tahun dan mereka yang keturunan Amerika-Jepang ditempatkan di kamp pengungsian selama Perang Dunia II.

Pandemi yang muncul dua tahun lalu kian menjadikan orang Asia sebagai kambing hitam munculnya virus Covid-19. Termasuk President Trump dengan “kung flu” dan “China virus” yang ia ucapkan.

Pertumbuhan sentimen anti-China di Amerika Serikat atas perdagangan dan keamanan membantu munculnya xenophobia.

Baca Juga: Eric Nam Suarakan Seramnya Kejahatan Anti-Asia di Amerika, Menyebut Diam adalah Kejahatan

Kejahatan kebencian terhadap keturunan Asia, entah teriakan penghinaan rasial hingga serangan fisik yang tidak bersalah telah meningkat sebesar 150% dalam setahun terakhir. Tercatatampir 1.400 kasus dilaporkan dan kebanyakan korbannya adalah wanita.

Pengamat menarik kesimpulan kejahatan anti-Asian sejajar dengan kejahatan rasial yang dilakukan terhadap masyarakat muslim di Amerika pasca serangan teroris pada 2001 silam, dan larangan Presiden Trump terhadap para imigram muslim setelah menjabat tahun 2017.

Sedikit yang diketahui bahwa kejahatan tersebut juga mencerminkan ketegangan yang terjadi antar-keturunan Asia dengan masyarakat minoritas lainnya.

Baca Juga: Kekerasan Anti-Asia di Amerika Meningkat Sepanjang Pandemi, Anehnya Para Pelaku Didominasi Korban Rasisme

Pria kulit hitam telah diidentifikasisebagai pelaku dalam beberapa serangan yang tertangkap kamera. Satu studi akademis menyatakan bahwa sebesar 26% kejahatan anti-Asian antara tahun 1992 dan 2014 justru dilakukan oleh non-kulit putih.

Tak pelak, hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa orang Asia juga cenderung terlibat dalam stereotip rasial bahwa komunitas kulit hitam juga menyimpan sentimen anti-Asian.

Mengingat karena orang Asia sendiri dianggap oleh orang Amerika sebagai “modal minoritas” yang sukses dan kaya.

Baca Juga: Ini Runtutan Kejadian Kekerasan TKA terhadap Pekerja Lokal Subang, Berujung Sanksi Tegas Hingga Deportasi

Narasi ini diperkuat selama kerusuhan 1992 di Los Angeles yang ditandai dengan konflik kekerasan antara orang Korea dan orang kulit hitam.

Kejadian tersebut menyebabkan kehancuran bisnis orang Korea-America. Orang kulit hitam juga mengeluhkan bahwa orang Asia telah lama menunjukkan prasangka rasial terhadap mereka.

Salah satu contoh ketegangan yang masih ada di antara orang Asia-Amerika dengan orang kulit hitam adalah pertengkaran antara dua jurnalis Amerika baru-baru ini.

Baca Juga: Sosok Women’s Day 2021, Kamala Harris, Pionir Tokoh Perempuan Kulit Hitam Amerika dan Turunan Asia Selatan

Alexi McCammond, seorang jurnalis muda berkulit hitam, baru-baru ini ditunjuk sebagai editor baru Teen Vogue.

Namun ia terpaksa mengundurkan diri selepas terungkap bahwa ia telah membuat pernyataan anti-Asian di Twitter satu dekade lalu. Tepat ketika ia duduk di sekolah menengah.

Di antara mereka yang mengkritik Alexi McCammond adalah seorang jurnalis CNN keturunan Asia-Amerika, Amara Walker.

Baca Juga: Uni Eropa Setuju Jatuhkan Sanksi untuk China Atas Kasus Pelanggaran HAM pada Muslim Uighur

Ia menulis bahwa Tweet berusia satu dekade ini memunculkan perasaan terpinggirkan yang banyak dari kita orang Asia dan orang Asia-Amerika rasakan setipa kali orang asing mengejek, mata mereka menatap kami, melontarkan ejekan, atau xenofobia.

Amara Walker turut menambahkan bahwa ia tidak merasa kehilangan lantara Alexi McCammond juga seorang yang bekerja sebagai jurnalis politik berwarna selama waktu bermuatan rasial dalam sejarah Amerika.

Sebagai penutup, Amara Walker menulis bahwa sulit melihat Alexi sebagai sekutu atas stereotip dan kebencian jurnalis tersebut terhadap satu kelompok ras.

Baca Juga: Thierry Henry Berhenti dari Semua Medsos Karena Jadi Korban Rasisme, Sebut Siksaan Mental Beracun

Aktivis hal-hak orang Asia-Amerika yang berpusat di Teluk San Franciso sendiri justru berpendapat bahwa seharusnya orang Asia dan orang kulit hitam dapat menemukan kesamaan dalam melawan rasisme yang menyerang mereka.

Di lain sisi, muncul pula pertanyaan apakah beberapa serangan terhadap orang Asia termasuk jenis kejahatan rasial. Beberapa penyerang adalah pria tunawisma dengan gangguan mental.

Isu ini turut diangkat sehubungan dengan seorang pria muda kulit putih yang membunuh enam wanita wanita Asia, di antaranya empat orang Korea, di Atlanta bulan lalu.

Baca Juga: Sedih, Patrich Wanggai Jadi Korban Rasisme oleh Netizen Indonesia Usai Cetak Gol untuk Kemenangan PSM

Kurangnya bukti apakah serangan tersebut termasuk jenis kejahatan rasial atau bukan, tidak menghentikan beberapa orang untuk mengklaim bahwa kejadian tersebut adalah hasil prasangka anti-Asian.

Permasalahan lain muncul lantaran para imigran Asia enggan melaporkan kejahatan kebencian kepada polisi karena mereka secara ilegal berada di negara tersebut. Atau karena keterbatasan bahasa yang digunakan.

Meskipun demikian, ada banyak bukti bahwa kejahatan rasial terhadap orang Asia meningkat di Amerika.

Baca Juga: Kekerasan Anti-Asia di Amerika Meningkat Sepanjang Pandemi, Anehnya Para Pelaku Didominasi Korban Rasisme

Beberapa khawatis bahwa tren ini kemungkinan akan meningkat karena retorika politik terhadap China sebagai ancaman keamanan nasional menjadi lebih keras dan memengaruhi persepsi orang Amerika tentang orang Asia.

Hal ini harus menjadi perhatian orang Korea-Amerika, bukan hanya orang Cina-Amerika, karena mereka juga berisiko menjadi sasaran tindakan rasis dalam kasus kesalahan identitas karena latar belakang.

Pada tahun 1982 misalnya, selama perang dagang mobil dengan Jepang, seorang pria keturunan China-Amerika dipukuli sampai mati di Detroit lantaran para penyerang mengira ia adalah orang Jepang.

Baca Juga: Sosok Women’s Day 2021, Kamala Harris, Pionir Tokoh Perempuan Kulit Hitam Amerika dan Turunan Asia Selatan

Marilyn Strickland, anggota kongres baru Korea-Hitam dari Negara Bagian Washington menyimpulkan situasi tersebut dengan sangat baik: “Kata-kata itu penting, kepemimpinan itu penting.”***

 

Editor: Erwin Abdillah

Sumber: Korea Times

Tags

Terkini

Terpopuler