Terungkap! Inilah Kekejaman Presiden Mesir Al-Sisi Terhadap Tahanannya Selama Berada di Sel Penjara

7 September 2021, 11:37 WIB
Keadaan sel penjara di rumah tahanan Mesir dengan fasilitas kesehatan yang tidak memadai /amp.theguardian.com

KABAR WONOSOBO – Pada 25 Juli lalu, keluarga dari Abd al-Moniem Abu al Fotouh seorang pemimpin Partai Mesir yang tengah ditahan mengatakan bahwa dia menderita gejala serangan jantung saat berada di rumah tahanan Tora, Kairo.

Menurut pihak keluarga yang juga seorang dokter, Abu al Fotouh telah mengetuk pintu selnya sepanjang malam namun tidak ada satupun penjaga penjara yang meminta bantuan.

Anggota keluarga mengatakan bahwa Abu al Fotouh menderita beberapa kondisi medis pra-penahanan yang serius dan kronis, termasuk hipertensi dan diabetes.

Baca Juga: Kapal Kargo Taiwan Sepanjang 500 Meter Mogok, Blokir Terusan Suez Mesir, Hambat Arus Peti Kemas Dunia

Pihak berwenang telah menolak permintaan keluarga untuk menjalani operasi prostat terhadap Abu al Fotouh yang dijadwalkan sesaat sebelum penangkapannya.

Abu al-Fotouh yang ditahan sejak 2018 merupakan tokoh politik yang menempati urutan keempat dalam pemilihan presiden Mesir tahun 2012 dengan memperoleh suara lebih dari 4 juta.

Kasus pemimpin berusia 69 tahun itu merupakan simbol dari pembalasan kepada mereka yang berani berbicara menentang pemerintah otokrasi Mesir.

Baca Juga: Kota Kuno Mesir Ditemukan, Arkeolog Sebut Penemuan Terbesar Setelah Makam Tutankhamun

Pasukan keamanan menangkap Abu al Fotouh pada Februari 2018 setelah dia membuat komentar yang mengkritik Presiden Abdel Fattah al-Sisi dan menyerukan boikot terhadap pemilihan presiden 2018 karena tidak adanya persaingan.

Sejak itu, pihak berwenang menahannya tanpa pengadilan hingga 2 tahun yang melebihi batas penahanan di bawah hukum Mesir.

Sejak al-Sisi menjadi menteri pertahanan dan mengatur kudeta militer pada Juli 2013, penjara Mesir telah dipenuhi dengan pembangkang politik dan banyak dari mereka yang meninggal akibat perawatan medis yang sengaja tidak diberikan.

Baca Juga: Mesir Mediasi Gencatan Senjata Israel - Palestina setelah 11 Hari Serangan, Pasukan di Yerusalem Harus Mundur

Pada November 2019, setelah kematian mantan Presiden Mohamed Mursi di dalam sel tahanan, para ahli PBB menuliskan bahwa kondisi penahanan Mesir mungkin saja telah melanggar hak asasi manusia dengan risiko kematian yang tinggi.

Sebuah laporan Amnesti Internasional berjudul “What do I care if you die” yang dirilis Januari lalu, mendokumentasikan pengalaman penahanan dari 67 orang di 16 penjara dan menemukan adanya pengabaian terhadap kesejahteraan tahanan.

Petugas penjara menunjukkan pemberian makanan yang tidak memadai dan menolak kunjungan keluarga bahkan pihak berwenang juga menghalangi tahanan politik untuk mendapatkan perawatan kesehatan.***

Editor: Agung Setio Nugroho

Sumber: hrw.org

Tags

Terkini

Terpopuler