Sebuah kursi sekaligus disebut singgasana oleh para karyawannya menjadi saksi bisu dedikasi Bu Jami pada profesinya. Di singgasana itulah mereka diizinkan menguleg sambal untuk lotek dan rujak.
Bagi para wisatawan yang sudah sampai di Alun-alun kota, maka lokasi lotek Bu Jami’ bisa dijangkau dengan berjalan kaki mengikuti arah Masjid Jami’ dan menuju Brug Menceng. Warung tua itu tepat berada di satu-satunya toko buku di jalan itu.***