Dalam tulisan yang diunggah pada tanggal 19 Maret tersebut, Eric Nam menjabarkan pengalaman pribadinya sebagai keturunan Asia yang tumbuh di Amerika.
Ia mengatakan bahwa kejadian penembakan tersebut membuatnya terkejut, sedih, frustasi, dan juga marah.
Baca Juga: Pada Penayangan Perdana, Joseon Exorcist Dianggap Tidak Hargai Sejarah hingga Kehilangan Iklan
Pasalnya, tindak rasisme yang dilontarkan kepada warga keturunan Asia sudah terjadi sangat lama. Eric turut menceritakan pengalamannya sendiri sebagai korban di masa lalu.
“Terkadang, aku merasa apa yang terjadi karena apa yang kami lakukan. Kami ingin dilihat sebagai orang Amerika. Kami ingin diterima dan dikenal selayaknya orang lain. Kami ingin menyesuaikan diri. Dan, ya―rambut kami berbeda, di rumah tidak berbicara bahasa Inggris, dan karena kami bukan mayoritas, banyak dari kami yang berpikir untuk selalu bersyukur,” tulisnya.
Lebih jauh, Eric menuliskan bahwa kasus itu seakan menjadi kesalahan atas eksistensi orang ras Asia di Negara yang sebelumnya dihuni ras asli Indian itu.
Baca Juga: Amerika Serikat Dituduh Gunakan Teknologi Internet untuk Sensor Konten di Twitter
“Ini bukan salah mereka. Kami seharusnya punya nama yang mudah. Kami seharusnya tidak berbicara dengan bahasa orangtua kami. Kami seharusnya tidak membawa kudapan ke sekolah, karena guru akan bertanya untuk mencicipi, berpura-pura jijik dan membuangnya di depan teman-temanmu yang tertawa, aku mengalaminya sekali,” ungkap Eric seperti dilansir dari laman Time.
Eric turut menuliskan, bahwa tindakan rasisme yang sudah dilontarkan kepada warga keturunan Asia berdampak buruk.